Isi Buku Selengkapnya

Kata Pengantar
Seorang keponakan, setelah pulang dari beribadah haji, bercerita tentang Nabi Ibrahim. Lalu saya tanya, “Bagaimana sebenarnya cerita Nabi Ibrahim menurut Islam?” Antara lain ia menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim pernah pergi ke Mesir, bertemu dengan Firaun, dan dari Firaun mendapat hadiah seorang budak bernama Siti Hagar yang dijadikan hamba bagi istrinya. Lalu saya tanya lagi, “Dari mana sumber cerita tersebut?” Tanpa ragu-ragu ia menjawab, “Ada di dalam Alquran Oom.”
Ketika memberi pengarahan pada sebuah pertemuan di sebuah hotel berbintang di Bandung, seorang purnawirawan letnan jenderal, bercerita tentang seorang kakek dan cucunya yang pergi membawa seekor keledai. Mula-mula sang cucu naik di atas punggung keledai. Lalu orang di pinggir jalan berkata, “Anak yang tidak tahu diri, enak saja naik keledai sedangkan kekeknya yang sudah tua disuruhnya berjalan kaki.” Mendengar omongan tersebut sang cucu turun dari keledai dan mengatakan kepada kakeknya agar kakek saja yang naik keledai. Setelah berjalan agak jauh, ada lagi orang di pinggir jalan yang mengatakan, “Kakek yang tidak tahu diri, cucunya disuruhnya berjalan kaki, sedangkan ia enak saja naik keledai.” Kakek itu menjadi malu dan turun dari keledai, lalu mereka berdua berjalan kaki sambil menuntun keledai. Setelah agak jauh, orang di pinggir jalan berkata, “Apa gunanya membawa-bawa keledai tetapi tidak dimanfaatkan.” Mendengar omongan itu kakek dan cucunya sepakat untuk bersama-sama naik keledai. Maka orang di pinggir jalan berkara, “Lihat! Orang yang tidak tahu perikebinatangan, kasihan keledai itu kelelahan.” Menurut sang jenderal cerita tersebut ada di dalam Alquran.
Suatu hari, adik ipar saya bercerita bersemangat tentang Islam dan mengatakan bahwa Alquran adalah petunjuk hidup yang sempurna. Lalu saya tanya, “Apa kamu sudah pernah membaca Alquran yang ada terjemahan bahasa Indonesianya?” Ia menjawab, “Terjemahan bahasa Indonesia belum tentu benar, lagih baik baca yang aslinya dalam bahasa Arab.” Saya tanya lagi, “Apa kamu mengerti bahasa Arab.” Ia menjelaskan bahwa membaca Alquran tidak perlu mengerti, karena hanya dengan membaca sudah mendapat banyak pahala.
Setelah saya mencoba membaca sendiri Alquran dalam bahasa Indonesia, saya baru menyadari bahwa banyak yang dikatakan orang tentang Alquran tidak ada di dalam Alquran. Lebih jauh lagi saya memahami bahwa tidak mudah untuk mengerti apa yang dimaksud dalam ayat-ayat yang ada di dalam Alquran dan seandainya ada orang yang dengan sungguh-sungguh membaca Alquran, tetapi sebelumnya tidak pernah memahami Injil dan Taurat, saya kira akan mendapat pemahaman bahwa orang Yahudi dan orang Nasrani telah memutarbalikan ayat-ayat Tuhan sehingga Injil serta Taurat yang ada sekarang adalah salah karena tidak sesuai dengan apa yang diucapkan Allah.
Dengan pemahaman seperti itu, tentu usaha untuk melakukan dialog antar umat beragama dalam rangka membangun saling pengertian dan menghindari konflik horizontal, tidak akan membawa hasil. Dialog yang sering diselenggarakan hingga sekarang, harus diakui belum menyentuh hal yang sangat mendasar, yaitu adanya perbedaan pandangan mengenai kebenaran kitab suci. Seandainya kedua belah pihak sama-sama menyadari ada perbedaan tersebut juga belum tentu bisa menuntaskan semua potensi konflik yang mungkin timbul, selama perbedaan tersebut tidak diselesaikan, yaitu sama-sama menelaah dan menentukan kitab suci mana yang benar.
Kalau saja kita sama-sama bisa bertanya kepada Allah tentang kitab suci mana yang benar, tentu persoalannya menjadi lebih mudah untuk diselesaikan. Tetapi sayangnya, walaupun ditanya dengan berteriak-teriak tetap saja tidak ada jawaban dari Allah. Karena itu hanya ada satu jalan yang bisa dilakukan oleh manusia untuk menentukan kitab suci yang benar, yaitu dengan memanfaatkan akal sehat yang telah dikaruniakan oleh Allah.
Semoga buku ini ada manfaatnya.



Pendahuluan
Kitab suci orang Yahudi yang sering juga disebut Kitab Taurat terdiri dari lima kitab, yaitu: Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Bilangan, Kitab Imamat, dan Kitab Ulangan. Pada permulaannya kitab suci tersebut merupakan cerita lisan yang diwariskan turun temurun dan sudah ada pada nenek moyang bangsa Yahudi sekitar 4000 tahun SM.
Di samping lima kitab tersebut orang Yahudi juga mempunyai tradisi menulis buku tentang pengalaman beriman bangsa Yahudi. Karena itu, setelah kelima kitab tersebut masih ada kitab Hakim-hakim, kitab Raja-raja, dan kitab Nabi-nabi, kemudian ada juga kitab Mazmur dan kitab Kidung Agung, yang ditulis secara terpisah. Baru sekitar tahun 750 SM, kitab-kitab tersebut dikumpulkan serta disusun menjadi satu buku. Karena itu kitab suci bangsa Yahudi merupakan kumpulan dari banyak tulisan yang sudah diseleksi dan dengan demikian ada tulisan yang tidak dimasukkan ke dalam kitab suci tersebut.
Kisah tentang Abraham yang sebelumnya bernama Abram dan yang dalam Alquran disebut Ibrahim ada di dalam Kitab Kejadian. Kitab itu dimulai dengan kisah tentang penciptaan langit dan bumi oleh Allah dan kemudian disusul dengan penciptaan manusia pertama, yaitu Adam. Dari rusuk Adam kemudian Allah menciptakan perempuan pertama yang diberi nama Hawa dan dari sepasang suami istri tersebut, setelah mereka diusir dari Surga, lahirlah anak cucu yang terus bertambah banyak.
Namun kelakuan penguhuni bumi yang sudah menjadi bertambah banyak sangat jahat sehingga Allah bermaksud memusnahkan semua yang telah diciptakan-Nya, kecuali Nuh beserta keluarganya dan sepasang binatang dari segala jenis binatang yang ada di muka bumi. Lalu Allah menurunkan air bah sehingga semua yang hidup di muka bumi menjadi musnah, tetapi Nuh yang sudah berada di dalam bahtera, beserta semua yang dibawanya diselamatkan Allah. Dari generasi kesepuluh keturunan Nuh lahirlah Abram.
Menurut Muhammad, Alquran diturunkan langsung dari Allah, dibawa oleh Malaikat Jibril dan dimasukkan ke dalam hati Muhammad. Penyampaian isi Alquran dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Karena Muhammad tidak bisa baca tulis, maka ayat-ayat Alquran disampaikan kepada umatnya secara lisan dan setelah Muhammad meninggal, tradisi menyampaikan ayat-ayat Alquran pada permulannya juga masih disampaikan secara lisan. Namun setelah beberapa orang yang hafal Alquran dan menerima Alquran langsung dari Muhammad, terbunuh di medan perang, muncul keinginan untuk membukukan ayat-ayat tersebut dan sekitar 12 tahun setelah Muhammad meninggal, pada jaman khalifiah ketiga yaitu Khalifah Usman, penulisan Alquran yang berupa buku bisa dirampungkan.
Perbedaan waktu antara mulai diceritakannya kisah tentang Abraham oleh bangsa Yahudi hingga ditulisnya Alquran dalam bentuk buku diperkirakan lebih dari 2500 tahun dan jika dihitung dari ketika Kitab Taurat ada dalam bentuk tertulis, sampai Alquran ditulis dalam bentuk buku, ada rentang waktu lebih dari 1300 tahun. Karena perbedaan waktu yang sangat panjang tersebut, orang boleh berharap bahwa kisah Nabi Ibrahim yang ada di dalam Alquran haruslah lebih baik dan lebih bermakna dibandingkan dengan cerita aslinya yang ditulis oleh bangsa Yahudi.
Dr. Jerald F.Dirk dalam bukunya yang berjudul Salib di Bulan Sabit, mengemukakan pendapatnya, “Ketika membaca Alquran, saya segera menemukan persamaan-persamaan antara Alquran dan Alkitab (Islam dan tradisi Yudeo-Kristen) tidak terbatas pada penggunaan nama-nama para tokoh yang dikenal dalam Alkitab semata. Dalam halaman-halaman Alquran, kita menemukan banyak kisah yang memiliki persamaan yang mengesankan dengan kisah-kisah yang dicatat dalam Alkitab. Terkadang kisah-kisah dalam Alquran menawarkan perspektif dan rincian yang sedikit berbeda dari kisah-kisah serupa dalam Alkitab. Seluruh persamaan itu amat mengesankan.” (hal 19)
Menurut Dirk, kitab-kitab yang dimiliki oleh bangsa Yahudi juga merupakan kitab yang harus dipercaya oleh kaum Muslimin. Namun Dirk menyebutkan bahwa yang harus dipercaya oleh kaum Muslimin adalah kitab yang asli, karena itu Dirk menulis, “Kaum Muslimin percaya bahwa seluruh kitab ini, sebagaimana diberikan dalam bentuk orisinilnya kepada para rasul untuk disampaikan kepada umat manusia, merupakan firman Allah yang aktual dan harfiah. Bagaimanapun juga, frasa operatifnya adalah sebagaimana diberikan dalam bentuk orisinilnya. Kitab Ibrahim tidak lagi diketahui keberadaannya, dan tidak ada jejak dari kitab ini yang ditinggalkan untuk manusia moderen. Namun demikian, kitab Yubelius, salah satu tulisan religius Yahudi dari abad ke-3 atau ke-2 SM, tampaknya merujuk pada Kitab Ibrahim tersebut ketika ia mencatat bahwa, setelah kematiannya, Yakub meninggalkan kitab-kitabnya dan kitab-kitab nenek-moyangnya, yaitu Ishak dan Ibrahim, untuk putranya Levi.”
Bahwa Alquran menunjukkan ada perubahan dari kitab yang asli juga ditulis oleh Dirk, “Banyak keterangan dalam Alquran menunjuk pada distorsi dan perubahan yang dilakukan manusia atas pelbagai kitab wahyu dari Allah sebelum Alquran. Keterangan-keterangan ini secara konsisten mencatat bahwa kitab-kitab yang diterima dan digunakan oleh Ahli Kitab, orang Yahudi dan Kristen, tidak sesuai dengan wahyu-wahyu awal Allah.”
Apakah benar telah terjadi perubahan kisah Abraham pada kitab yang ada pada orang Yahudi dan orang Kristen, ada baiknya kita melakukan perbandingkan secara menyeluruh dan tuntas, antara kisah Abraham yang ada di dalam Alkitab yang hingga sekarang masih digunakan sebagai kitab suci baik oleh orang Yahudi maupun orang Kristen, dengan kisah Ibrahim yang ada di dalam kitab Alquran yang menjadi kitab suci bagi umat Islam. Dalam melakukan perbandingan, kita tidak mencari bukti di antara kedua kitab tersebut mana yang sungguh-sungguh berasal dari Allah tetapi yang akan diuji dari kedua kisah yang berbeda tersebut adalah mana yang memberi makna yang paling baik bagi kehidupan manusia di jalam sekarang dan jika kita percaya bahwa Allah memberikan yang terbaik bagi umat manusia, tentu dengan sendirinya kitab yang paling bermakna adalah kitab yang berasal dari Allah.
Kisah Abraham dalam Kitab Kejadian dimulai dengan Daftar keturunan Terah (Kejadian 11:27-32) dan berakhir dengan cerita tentang keturunan Ismail (Kejadian 25:12-18). Cerita itu runut walaupun ada beberapa pengulangan. Namun cerita Ibrahim dalam Alquran tersebar di beberapa surat. Walaupun ada surat yang berjudul Ibrahim namun isi surat tersebut tidak seluruhnya bercerita tentang Ibrahim dan bisa dikatakan isi surat tersebut hanya sedikit yang menyinggung soal Ibrahim. Di samping itu tidak seluruh butir cerita yang ada di dalam Alkitab juga ada di dalam Alquran. Karena itu untuk memudahkan perbandingan antara cerita Abraham yang ada di dalam Alkitab dengan cerita Ibrahim yang ada di dalam Alquran, keseluruhan cerita tersebut perlu dibagi dalam empat bagian.
Bagian pertama di mulai dari cerita tentang ayah Abraham sampai pertemuan dengan Malkisedekh. Bagian kedua mencakup perjanjian Allah dengan Abraham sampai Sodom dan Gomora dihancurkan. Bagian ketiga mengenai kelahiran Ishak dan perintah Allah untuk mengorbankan anak tunggal Abraham. Bagian keempat masa akhir dari kehidupan Abraham. Sedangkan pembahasan menyeluruh tentang persamaan dan perbedaan antara cerita Abraham yang ada di dalam Alkitab dengan cerita tentang Ibrahim yang ada di dalam Alquran dituangkan dalam Bagian Kelima.
Buku yang digunakan dalam melakukan perbandingan adalah Alkitab yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, Tahun 1982 dan Alquran yang diterjemahkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, diterbitkan oleh Al-Hidayah Surabaya. Untuk pembaca yang ingin menelusuri lebih jauh tentang persamaan dan perbedaan isi kedua kitab tersebut bisa melakukan sendiri dengan mudah dan usaha itu mungkin akan banyak manfaatnya.




1. Pergi ke Tanah Kanaan
Kesamaan yang ada antara apa yang tertulis di dalam Kitab Kejadian dengan apa yang tertulis di dalam Alquran pada bagian ini hanyalah bahwa Abraham mempunyai seorang ayah. Namun hubungan antara Abraham dengan ayahnya diceritakan sangat berbeda antara apa yang tertulis di dalam Kitab Kejadian dengan apa yang tertulis di dalam Alquran. Di samping itu banyak bagian cerita yang mempunyai arti penting yang ditulis oleh bangsa Yahudi tidak ada di dalam Alquran.

Di dalam Kitab Kejadian
Pada bagian ini Abraham masih bernama Abram dan sebagai seorang manusia biasa, ia mempunyai seorang ayah yang bernama Terah yang tinggal di Ur-Kasdim di wilayah Mesopotamia. Dan tidak ada yang istimewa dalam kehidupan Terah yang diceritakan di dalam kitab suci bangsa Yahudi, karena selain sebagai seorang ayah yang mempunyai anak, menantu, dan cucu, tidak ada cerita tentang hubungan antara ayah Abram itu dengan Allah. Juga tidak disinggung sama sekali apakah Terah sudah menyembah kepada Allah atau masih menyembah kepada berhala.
Kisah Abram dalam Kitab Kejadian dimulai dari ayat 11:27 dan untuk bagian ini diakhiri dengan ayat 14:24, diawali dengan Daftar keturunan Terah dan diakhiri dengan Pertemuan Abram dengan Malkisedek.

Daftar keturunan Terah (11:27-32)
Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor, dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot. Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim. Abram dan Nahor keduanya kawin; nama istri Abram ialah Sarai, dan nama istri Nahor ialah Milka, anak Haran ayah Milka dan Yiska. Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak. Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, istri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka di Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran.

Abram dipanggil Allah (12:1-9)
Berfirmanlah Tuhan kepada Abram, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapakmu ini ke negeri yang akan Kutunjukan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur, dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, istrinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu.
Ketika itu Tuhan menampakan diri kepada Abram dan berfirman, “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya di antara Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur. Ia juga mendirikan mezbah bagi Tuhan di tempat itu dan memanggil nama Tuhan. Di daerah itu Abram tidak menetap lama dan ia beserta rombongannya berjalan lagi ke Tanah Negeb.

Abram di Mesir (12:10-20)
Ketika kelaparan timbul dinegeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebar kelaparan di negeri itu. Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia kepada Sarai, istrinya, “Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya. Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu istrinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. Katakanlah behwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.”
Sesudah Abram masuk ke Mesir, orang Mesir itu melihat, bahwa perempuan itu sangat cantik, dan ketika punggawa-punggawa Firaun melihat Sarai, mereka memuji-mujinya di hadapan Firaun, sehingga perempuan itu di bawa ke istananya. Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapatkan kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta.
Tetapi Tuhan menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, istri Abram itu. Lalu Firaun memanggil Abram serta berkata, “Apakah yang kauperbuat ini terhadap aku? Mengapa tidak kauberitahukan, bahwa ia istrimu? Mengapa engkau katakana: dia adikku, sehingga aku mengambilnya menjadi istriku? Sekarang, inilah istrimu, ambillah dan pergilah!”
Lalu Firaun memerintahkan beberapa orang untuk mengantarkan Abram pergi, bersama-sama dengan istrinya dan segala kepunyaannya.

Abram dan Lot berpisah (13:1-18)
Maka pergilah Abram dari Mesir ke tanah Negeb dengan istrinya dan segala kepunyaannya, dan Lotpub bersama-sama dengan dia. Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya. Ia berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, dari tanah Negeb sampai ke dekat Betel, di mana kemahnya mula-mula berdiri, antara Betel dan Ai, ke tempat mezbah yang dibuatnya dahulu di sana; di situlah Abram memanggil nama Tuhan.
Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba dan lembu dan kemah. Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu. Maka berkatalah Abram kepada Lot, “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku, jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan. Jika engkau ke kanan maka aku ke kiri.”
Lalu Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnyalah bahwa seluruh lembah Yordan banyak airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. – Hal itu terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora – Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan.
Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah Tuhan kepada Abram, “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu.”
Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon terbantin di Mamre, dekat Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi Tuhan.

Abram mengalahkan raja-raja di Timur dan menolong Lot (14:1-16)
Pada zaman Amrafel, raja Sinear, Ariokh, raja Elasar, Kadorlaomer, raja Elam, dan Tideal, raja Goyim, terjadilah, bahwa raja-raja itu berperang melawan Bera, raja Sodom, Birsya, raja Gomora, Syinab, raja Adma, Syemeber, raja Zeboim dan raja negeri Bela, yakni negeri Zoar. Raja-raja yang disebut terakhir ini semuanya bersekutu dan dating ke lembah Sidim, yakni Laut Asin. Dua belas tahun lamanya mereka takluk kepada Kederlaomer, tetapi dalam tahun yang ketiga belas mereka memberontak.
Dalam tahun yang keempat belas datanglah Kederlaomer serta raja-raja yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka mengalahkan orang Refaim di Arsytero-Karnaim, orang Zuzim di Ham, orang Emin di Syawe-Kirayatim, dan orang Hori di pegunungan mereka yang bernama Seir, sampai ke El-Paran di tepi padang gurun
Sesudah itu baliklah mereka, dan sampai di En-Mispat, yakni Kadesy, dan mengalahkan seluruh daerah orang Amelek, dan juga orang Amori, yang diam di Hazezon-Tamar. Lalu keluarlah raja negeri Sodom, raja negeri Gomora, raja negeri Adma, raja negeri Zeboim dan raja negeri Bela, yakni negeri Zoar, dan mengatur barisannya perangnya melawan mereka di lemah Sidim, melawan Kedorlaomer, raja Elam, Tideal, raja Goyim, Amrafel, raja Sinear, dan Ariokh, raja Elasar, empat raja melawan lima.
Di lembah Sidim di mana-mana ada sumur aspal. Ketika raja Sodom dan raja Gomora melarikan diri, jatuhlah mereka ke dalamnya, dan orang-orang yang masih tinggal hidup melarikan diri ke pegunungan. Segala harta benda Sodom dan Gomora beserta segala bahan makanan dirampas musuh, lalu mereka pergi. Juga Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh, lalu mereka pergi – sebab Lot itu diam di Sodom.
Kemudian datanglah seorang pelarian dan menceritakan hal ini kepada Abram, orang Ibrani itu, yang tinggal dekat pohon-pohon tarbatin kepunyaan Memre, orang Amori itu, saudara Eskol dan Aner, yakni teman-teman sekutu Abram. Ketika Abram mendengar, bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih yakni, mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan.
Dan pada waktu malam berbagailah mereka, ia dan hamba-hambanya itu, untuk melawan musuh; mereka mengalahkan dan mengejar musuh sampai ke Hoba di sebelah utara Damsyik. Dibawanyalah kembali segala harta benda itu; juga Lot, anak saudaranya itu, serta harta bendanya dibawanya kembali, demikian juga perempuan-perempuan dan orang-orangnya.

Pertemuan Abram dengan Malkisedek (14:17-24)
Setelah Abram kembali dari mengalahkan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan dia, maka keluarlah raja Sodom menyongsong dia ke lembah Syawe, yakni Lembah Raja.
Malkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur seorang Imam Allah Yang Mahatinggi, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya, “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.
Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram, “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambilah untukmu harta benda itu.”
Tetapi kata Abram kepada raja Sodom itu, “Aku bersumpah demi Tuhan, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi. Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya. Kalau aku jangan sekali-kali. Hanya apa yang telah dimakan oleh bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama-sama dengan aku, yakni Amer, Eskal, dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing.”

Walaupun bahasa Kitab Kejadian kadang-kadang agak sulit dimengerti, tetapi alur cerita bisa ditangkap. Hubungan antara Milka dan Haran bisa diinterpretasikan sebagai berikut: Istri Nahor yang bernama Milka adalah anak Haran dan Haran mempunyai tiga orang anak, yaitu: Milka, Yiska, dan Lot. Artinya Nahor kawin dengan keponakannya sendiri.
Setelah Haran meninggal, dari dua anak laki-laki Terah yang masih hidup, hanya Abram yang diajak untuk ikut dalam perjalanan ke tanah Kanaan. Hal itu terjadi karena Terah sayang pada anak sulungnya, sehingga Nahor tidak diajaknya pergi ke Tanah Kanaan. Tetapi bisa juga terjadi bahwa baik Nahor maupun Abram diajak pergi tetapi hanya Abram yang mau ikut, artinya Abram sayang kepada ayahnya atau patuh kepada keputusan ayahnya. Dari kedua kemungkinan tersebut bisa disimpulkan bahwa hubungan antara Abram dan ayahnya sangat baik dan Abram hormat pada ayahnya..
Setelah ayahnya meninggal Abram mendengar suara Allah yang memerintahkan-nya untuk pergi ke tanah Kanaan. Artinya Abram mengenal Allah setelah ayahnya meninggal dan karena tidak diceritakan tentang hubungan antara Terah dengan Allah maka tidak bisa disimpulkan bahwa Terah adalah penyembah berhala, karena bisa terjadi bahwa Terah belum mengenal Allah tetapi juga bukan penyembah berhala.
Setelah Abram mengenal Allah dan bertemu dengan Malkisedek, Abram tidak keberatan diberkati oleh Imam Allah yang Maha Tinggi tersebut. Artinya Malkisedek pasti bukanlah imam dari Allah yang disembah oleh Abram, karena Allah yang memerintahkan Abram pergi ke tanah Kanaan tidak mengangkat Abram menjadi imam. Bahwa Abram tidak menolak diberkati atas nama Allah yang bukan Allah yang disembahnya, menunjukkan bahwa Abram tidak mempersoalkan perbedaan Allah yang disembah.

Di dalam Alquran
Walaupun kisah tentang Ibrahim tersebar dalam tujuh surat di dalam Alquran, yaitu: Surat 19 Maryam: 41-50, Surat 21 Al Anbiya: 51-75, Surat 29 Al Ankabut: 16-27, Surat 26 Asy Syuara: 69-104, Surat 43 Az Zukhruf: 26-30, Surat 6 Al Anam: 74-83,161, Surat 37 Ash Shaffat: 83-99, namun tidak seluruh pokok cerita yang dijelaskan dalam Alkitab ada di dalam Alquran dan inti dari pokok cerita yang disampaikan di dalam ke tujuh surat tersebut adalah masalah hubungan antara Ibrahim dengan ayahnya.

Surat 19 Maryam : 41-50
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Alkitab (Alquran) ini.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya,
“Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun?
Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutlah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah.
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.”
Berkata bapaknya, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurazam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.”
Berkata Ibrahim, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.”
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugrahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub. Dan masing-masing kami angkat menjadi nabi. Dan Kami anugrahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.

Surat 21 Al Anbiya : 51-75
Dan sesungguhnya telah Kami anugrahkan kepada Ibrahim hidayat kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?”
Mereka menjawab, “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.”
Ibrahim berkata, “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Mereka menjawab, “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?”
Ibrahim berkata, “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.”
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.
Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.”
Mereka berkata, “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.”
Mereka berkata, “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan.”
Mereka bertanya, “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”
Ibrahim menjawab, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.”
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata, “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).”
Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata), “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.”
Ibrahim berkata, “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) mudarat kepada kamu.” Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?”
Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.”
Kami berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkatinya untuk sekalian manusia. Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub, sebagai suatu anugrah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi pasik, dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh.

Surat 29 Al Ankabut : 16-27
Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (Agama Allah) dengan seterang-terangnya. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah: Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dan tidak (pula) di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari Rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih.”
Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan, “Bunuhlah atau bakarlah dia,” lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman.
Dan berkata Ibrahim, “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selainAllah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dengan kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu seorang penolong pun.”
Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim, “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian dan Alkitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

Surat 26 Asy Syuara : 69-104
Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Apakah yang kamu sembah?”
Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.”
Berkata Ibrahim, “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudarat?”
Mereka menjawab, “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.”
Ibrahim berkata, “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang telah menunjuki aku, dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, dan kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hati kiamat.”
(Ibrahim berdoa), “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka jahim kepada orang-orang yang sesat, dan dikatakan kepada mereka: Di manakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya) selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri? Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya.
Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka, “Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam.”
Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa. Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab, maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman.” Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Surat 43 Az Zukhruf : 26-30
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayat kepadaku.”
Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. Tetapi aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Alquran) dan seorang rasul yang memberi penjelasan.
Dan tatkala kebenaran (Alquran) itu datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkari.”

Surat 6 Al Anam : 74-83
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.”
Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”
Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata, “Inilah tuhanku.”
Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “ Inilah tuhanku, ini yang lebih besar,” maka tatkala matahari itu terlah terbenam, dia berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya.
Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Surat 6 Al Anam 161
Katakanlah, “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.”

Surat 37 Ash Shaffat : 83-99
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. (Ingtlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam? Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya aku sakit.”
Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang. Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata, “Apakah kamu tidak makan? Kenapa kamu tidak menjawab?”
Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat). Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas. Ibrahim berkata, “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu. Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.”
Mereka berkata, “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkan dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”

Pemuatan kisah Ibrahim di dalam tujuh surat tidak memperkaya pemahaman tentang Ibrahim, karena isi dari ketujuh kisah di dalam tujuh surat tersebut pada hakikatnya sama, yaitu tentang perseteruan antara Ibrahim dengan ayahnya. Perseteruan tersebut terjadi karena Ibrahim sudah menyembah kepada Allah sedangkan ayahnya masih menyembah kepada berhala.
Cerita di dalam Alquran tersebut jauh menyimpang dari cerita aslinya yang ditulis oleh orang Yahudi dan agak janggal jika dilihat dari tradisi Timur Tengah pada masa lebih dari 2000 tahun SM. Pada masa itu, hampir bisa dipastikan anak harus tunduk pada kehendak ayahnya, karena sejak kecil sudah diajarkan bahwa anak harus hormat pada kedua orang tuanya. Karena itu cerita bahwa ada anak yang berseteru dengan ayahnya karena anak sudah menyembah kepada Allah sedangkan ayahnya masih menyembah kepada berhala, kurang masuk akal.
Kepergian Ibrahim ke Mesir tidak diceritakan di dalam Alquran. Sesungguhnya bagian cerita ini cukup penting karena ketika berada di Mesir, Sarai mendapat seorang hamba yang kemudian dipercaya menjadi ibu bagi bangsa Arab. Cerita itu juga menggambarkan bagaimana Allah mendampingi Ibrahim ketika harus merelakan istrinya diambil oleh Firaun.
Bagian cerita yang menggambarkan hubungan antara Ibrahim dan Luth, yaitu bagaimana Ibrahim menyayangi keponakannya tetapi mau melepas keponakannya yang sudah dewasa agar bisa hidup mandiri, namun pada waktu keponakannya itu mendapat kesulitan, ia mau berjuang untuk membebaskan keponakannya, juga tidak diceritakan di dalam Alquran. .



2. Sodom dan Gomora dihancurkan
Pada bagian ini ada dua pokok cerita yang ada baik di dalam Alkitab maupun di dalam Alquran, yaitu kedatangan Malaikat Tuhan kepada Abram dan dihancurkannya kota Sodom dan Gomora. Dalam Alkitab, Malaikat Tuhan yang datang kepada Abram antara lain mewartakan bahwa Abram akan mendapatkan seorang anak dan hal itu juga ada di dalam Alquran tetapi dalam konteks yang berbeda. Demikian juga cerita kehancuran Sodom dan Gomora walaupun sama-sama disebut tetapi disampaikan dalam makna yang sangat berbeda.

Di dalam Kitab Kejadian
Hubungan antara Abram dengan Allah semakin baik dan Allah bukan hanya memberkati Abram tetapi juga menginginkan hubungan tersebut diformalkan dalam sebuah perjanjian. Kedekatan Abram dengan Allah juga dibuktikan dengan datangnya Malaikat Tuhan dalam bentuk manusia. Kedatangan itu bukan hanya mewartakan bahwa Abram akan mempunyai seorang anak dari istrinya Sarai tetapi juga memberitahukan bahwa Allah akan menghukum seluruh penduduk Sodom dan Gomora yang dianggap telah berdosa.
Kitab Kejadian yang mengisahkan bagian ini dimulai dengan ayat 15:1 dan diakhiri dengan ayat 19:38, dimulai dengan perjanjian Allah dengan Abram dan diakhiri dengan kisah Lot dengan kedua anak perempuannya setelah kota Sodom dan Gomora dihancurkan.

Perjanjian Allah dengan Abram; janji tentang keturunannya (15:1-21)
Kemudian datanglah firman Tuhan kepada Abram dalam suatu penglihatan, “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.”
Abram menjawab, “Ya Tuhan Allah, apakah yang Engkau akan berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.”
Lagi kata Abram, “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.”
Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, “Orang itu tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.”
Lalu Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman, “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya, “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Lagi firman Tuhan kepadanya, “Akulah Tuhan, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.”
Kata Abram, “Ya Tuhan Allah, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?”
Firman Tuhan kepadanya, “Ambilah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur, dan seekor anak burung merpati.”
Diambilnyalah semuanya itu bagi Tuhan, dipotong dua, lalu diletakkan bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. Abram menunggu. Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya.
Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. Firman Tuhan kepada Abram, “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunanmu yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.”
Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman, “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat: yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang Amori, orang orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu.”

Hagar dan Ismail (16:1-16)
Aadpun Sarai, istri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram, “Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.”
Dn Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, istri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, - yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan - , lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi istrinya. Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu.
Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu. Lalu berkatalah Sarai kepada Abram, “Penghinaan yang kuderita itu adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; Tuhan kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.”
Kata Abram kepada Sarai, “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kuapandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.
Lalu Malaikat Tuhan menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalanke Syur, Katanya, “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?”
Jawabnya, “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.”
Lalu kata Malaikat Tuhan itu kepadanya, “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”
Lagi kata Malaikat Tuhan itu kepadanya, “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”
Selanjutnya kata Malaikat Tuhan itu kepadanya, “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab Tuhan telah mendengarkan tentang penindasan atasmu itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nantinya anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”
Kemudian Hagar menamakan Tuhan yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan, “Engkaulah El-Roi.”
Sebab katanya, “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku ?”
Sebab itu sumur tadi disebutkan orang, “Sumur Lahai-Roi. Letaknya antara Kadesy dan Bered.
Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. Abraham berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.

Sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham (17:1-27)
Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka Tuhan menampakkan diri kepada Abram yang berfirman kepadanya, “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.”
Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya, “Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau; Engkau akan menjadi bapak sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, kerena engkau telah Kutetapkan menjadi bapak sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian Aku dan engkau serta keturunanmu turun temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.”
Lagi firman Allah kepada Abraham, “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.”
Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham, “Tentang istrimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.”
Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya. “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?”
Dan Abraham berkata kepada Allah, “Ah sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapanMu !”
Tetapi Allah berfirman, “Tidak, melainkan istrimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga.” Setelah selesai berfirman kepada Abraham, naiklah Allah meninggalkan Abraham.
Setelah itu Abraham memanggil Ismael, anaknya dan semua orang yang lahir di rumahnya, juga semua orang yang dibelinya dengan uang, yakni setiap laki-laki dari isi rumahnya, lalu ia mengerat kulit khatan mereka pada hari itu juga, seperti yang telah difirmankan Allah kepadanya.
Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun ketika dikerta kulit khatannya. Dan Ismael, anaknya, berumur tiga belas tahun ketika dikerat kulit kahtannya. Pada hari itu juga Abraham dan Ismael, anaknya disunat. Dan semua orang dari isi rumah Abraham, baik yang lahir di rumahnya, maupun yang dibeli dengan uang dari orang asing, disunat bersama-sama dengan dia.

Allah mengulangi menjanjikan seorang anak laki-laki kepada Abraham (18:1-15)
Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, sedang ia duduk di pintu kemahnya waktu hari panas terik. Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah, serta berkata, “Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini. Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini.”
Jawab mereka, “Perbuatlah seperti yang kaukatakan itu.”
Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata, “Segeralah! Ambilah tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!”
Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberinya kepada seorang bujangnya, lalu orang itu lalu mengolahnya. Kemudian diambilnya dadih dan susu serta anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya di depan orang-orang itu; dan ia berdiri di dekat mereka di bawah pohon itu sedang mereka makan.
Lalu kata mereka kepadanya, “Dimanakah Sara istrimu ?”
Jawabnya, “Di sana, di dalam kemah.”
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, istrimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.”
Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang dibelakang-Nya. Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid. Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya, “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?”
Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Abraham, “Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua? Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki.”
Lalu Sara menyangkal katanya, “Aku tidak tertawa,” sebab ia takut; tetapi Tuhan berfirman, “Tidak, memang engkau tertawa!”

Doa syafaat Abraham untuk Sodom (18:16-33)
Lalu berangkatlah orang-orang itu dari situ dan memandang kea rah Sodom; dan Abraham berjalan bersama-sama mereka untuk mengantarkan mereka. Berpikirlah Tuhan, “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat? Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya Tuhan memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikannya kepadanya.”
Sesudah itu berfirmanlah Tuhan, “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat apakah benar-benar mereka telah berkalakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepadaKu atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.”
Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan Tuhan. Abraham datang mendekat dan berkata, “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu? Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik? Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?
Tuhan berfirman, “Jika Kudapat lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka.”
Abraham menyahut, “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu. Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?”
Firman-Nya, “Aku tidak memusnahkannya, jika Kudapat empat puluh lima di sana?”
Lagi Abraham melanjutkan perkataannya kepada-Nya, “Sekiranya empat puluh didapat di sana?”
Firman-Nya, “Aku tidak akan berbuat demikian, karena yang empat puluh itu.”
Katanya, “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapat di sana?”
Firman-Nya, “Aku tidak akan berbuat demikian, jika Kudapati tiga puluh di sana.”
Katanya, “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya dua puluh didapat di sana?”
Firman-Nya, “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang dua puluh itu.”
Katanya, “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapat di sana?”
Firman-Nya, “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu.”
Lalu pergilah Tuhan, setelah ia selesai berfirman kepada Abraham; dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.

Sodom dan Gomora dimusnahkan, Lot diselamatkan (19:1-20)
Kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah, serta berkata, “Tuan-tuan, silakan singgah ke rumah hambamu ini, bermalamlah di sini dan basuhlah kakimu, maka besok pagi tuan-tuan boleh melanjutkan perjalanannya.“
Jawab mereka, “Tidak, kami akan bermalam di tanah lapang.”
Tetapi karena ia sangat mendesak mereka, singgahlah mereka dan masuk ke dalam rumahnya, kemudian ia menyediakan hidangan bagi mereka, ia membakar roti yang tidak beragi, lalu mereka makan. Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. Mereka berseru kepada Lot, “Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka.”
Lalu keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu, teapi pintu ditutupnya di belakangnya, dan ia berkata, “Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat. Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah di jamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku.”
Tetapi mereka berkata, “Enyahlah!”
Lagi kata mereka, “Orang ini datang ke sini sebagai orang asing dan dia mau menjadi hakim atas kita! Sekarang kami akan menganiaya engkau lebih dari pada kedua orang itu!”
Lalu mereka mendesak orang itu , yaitu Lot, dengan keras, dan mereka mendekat untuk mendobrak pintu. Tetapi kedua orang itu mengulurkan tangannya, menarik Lot masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu. Dan mereka membutakan mata orang-orang yang di depan pintu rumah itu, dari yang kecil sampai yang besar, sehingga percumalah orang-orang itu mencari-cari pintu.
Kedua orang itu berkata kepada Lot, “Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini, sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan Tuhan; sebab itulah Tuhan mengutus kami untuk memusnahkannya.”
Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya, “Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab Tuhan akan memusnahkan kota ini.” Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja.
Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bergegas. Katanya, “Bangunlah, bawalah istrimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.”
Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan istrinya dan tangan kedua anaknya serta dipegang oleh kedua orang itu, sebab Tuhan hendak mengasihani mereka; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota, berkatalah seorang, “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan jangan berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.”
Kata Lot kepada mereka, “Janganlah kiranya demikian, tuanku. Sesungguhnya hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku. Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian nyawaku akan terpelihara.”
Sahut malaikat itu kepadanya, “Baiklah, dalam hal inipun permintaanmu akan kuterima dengan baik. Kota yang telah kausebut itu tidak akan kutunggangbalikan. Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana.”
Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar. Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar.
Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan, dari langit; dan ditunggangbalikan-Nyalah kota-kota itu di Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. Tetapi istri Lot, yang berjalan mengikutinya menoleh ke belakang, lalu ia menjadi tiang garam.
Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan Tuhan itu, dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas seperti asap dari dapur peleburan.
Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.

Lot dan kedua anak perempuannya (19:30-38)
Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua besarta kedua anaknya. Kata kakaknya kepada adiknya, “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. Matilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”
Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya, “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”
Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun.
Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih muda pun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Ami yang sekarang.

Allah telah mengganti nama Abram menjadi Abraham sedangkan istrinya yang semula bernama Sarai, selanjutnya harus dipanggil dengan nama Sara. Selanjutnya sebagai bukti bahwa Abraham dan keluarganya adalah umat Allah maka semua laki-laki yang berada di rumah Abraham dikerat kulit khatan mereka. Dan sunat yang dilakukan Abraham menjadi awal dari tradisi bangsa Yahudi bahwa semua laki-laki yang telah berusia delapan hari harus disunat. Mereka yang tidak disunat bukanlah orang Yahudi dan karena itu mereka disebut kafir.
Mengetahui bahwa Allah akan menghancurkan Sodom dan Gomora, Abraham tidak lagi bisa menolong keponakannya secara langsung, karena kehancuran yang akan dialami penduduk Sodom dan Gomora adalah akibat dari perbuatan jahat penduduk kota itu sendiri. Namun Abraham masih berusaha bernegosiasi dengan Allah agar Sodom dan Gomora tidak dimusnahkan dan Allah berjanji tidak akan memusnahkan Sodom dan Gomora jika ada 10 orang warga yang baik. Namun ternyata jumlah itu tidak terpenuhi dan Sodom serta Gomora dimusnahkan oleh Allah.
Istri Lot termasuk orang yang diselamatkan, tetapi istri Lot akhirnya harus mati karena menoleh ke belakang. Cerita itu mengandung pesan bahwa manusia harus bisa melepaskan diri dari harta bendanya dan juga dari masa lalunya. Istri Lot terlalu terikat pada harta bendanya karena itu ia menoleh ke belakang untuk melihat apa yang terjadi dengan harta bendanya. Seharusnya istri Lot bisa merelakan harta bendanya yang sudah menjadi bagian dari masa lalunya agar ia bisa berkonsentrasi menghadapi masa depannya.
Dosa apa yang dilakukan penduduk Sodom dan Gomora tidak dirinci di dalam cerita di atas. Namun orang yang menggedor rumah Lot mengatakan, “supaya kami pakai mereka.” Apa yang dimaksud dengan kata “pakai” tidak dijelaskan. Kata itu bisa berarti orang yang dimaksud akan disuruh melakukan sesuatu pekerjaan yang berguna bagi orang banyak. Demikian juga ketika Lot menawarkan anak perempuanya, “perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik.” Tidak dijelaskan apakah maksudnya boleh diperkosa. Tetapi menurut ukuran jaman sekarang, dengan menawarkan menyerahkan dua anak gadisnya kepada orang-orang yang menggedor rumahnya tentu bisa dilihat bahwa Lot sangat tidak bertanggung jawab.
Setelah Sodom dan Gomora dihancurkan, maka yang tinggal dari keluarga Lot adalah Lot sendiri beserta dua anak perempuannya. Hubungan sex antara ayah dengan anak perempuannya seharusnya dilarang tetapi dalam cerita tersebut kedua anak perempuan Lot terpaksa memanfaatkan ayahnya sendiri untuk mendapatkan keturunan. Apa pesan moral dari bagian cerita ini? Tentu sulit untuk dicerna. Mungkin bagian cerita tersebut harus dilihat sebagai cerita iseng dari orang Yahudi.

Di dalam Alquran
Cerita tentang tamu Ibrahim dan kehancuran Sodom dan Gomor ada dalam tujuh surat dalam Alquarn. Namun di dalam ketujuh surat tersebut terjadi tumpang tindih serta pengulangan yang seharusnya bisa dirumuskan dengan lebih baik. Surat-surat tersebut adalah: Surat 15 Al Hijr: 51-56, Surat 11 Hud: 69-83, Surat 29 Al Ankabut: 28-35, Surat 27 An Naml: 54-58, Surat 54 Al Qamar: 33-40, Surat 26 Asy Syuara: 160-175, Surat 55 Adz Dzariyat: 24-37.

Surat 15 Al Hijr : 51-56
Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan “Salam”
Berkatalah Ibrahim, “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu.”
Mereka berkata, “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim.”
Berkata Ibrahim, “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?”
Mereka menjawab, “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.”
Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.”

Surat 15 Al Hijr : 57-77
Berkata (pula) Ibrahim, “Apakah urusanmu yang penting (selain itu), hai para utusan?”
Mereka menjawab, “Kami sesungguhnya diutus kepada kaum yang berdosa, kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya, kecuali istrinya, Kami telah menentukan, bahwa sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama orang-orang kafir lainnya).”
Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut-pengikutnya, ia berkata, “Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal.”
Para utusan menjawab, “Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang benar. Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutilah mereka dari belakang dan janganlah seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu.”
Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara ini, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh. Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata, “Sesungguhnya mereka adalah tamu-tamu, maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.”
Mereka berkata, “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?”
Luth berkata, “Inilah putri-putriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara halal).”
(Allah berfirman), “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan).” Maka mereka dibinasakan dengan suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Surat 11 Hud : 69-83
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, “Selamat.”
Ibrahim menjawab, “Selamatlah.” Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka.
Malaikat itu berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.”
Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya’qub.
Istrinya berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesunggunya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.”
Para malaikat itu berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlubait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata, “Ini adalah hari yang amat sulit.”
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata, “Hai kaumku, inilah putri-putri (negeri)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.”
Luth berkata, “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).”
Para utusan (malaikat) berkata, “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pangikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukanlah subuh itu sudah dekat?”
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.

Surat 29 Al Ankabut : 28-35
Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun, dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?”
Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Luth berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kesusahan itu.”
Dan tatkala utusan kami (para Malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk (Sodom) ini, sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zalim.”
Berkata Ibrahim, “Sesungguhnya di kota itu ada Luth.”
Para Malaikat berkata, “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pangikutnya kecuali istrinya. Dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
Dan tatkala datang utusan-utusan kami (para Malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (mereka) tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata, “Janganlah kamu takut dan jangan (pula) sudah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pangikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat pasik. Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.

Surat 27 An Naml : 54-58
Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)? Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sesungguhnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).”
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, “Usirlah Luth berserta keluaraganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih.”
Maka kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu.

Surat 54 Al Qamar : 33-40
Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (nabinya). Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal. Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Surat 26 Asy Syuara : 160-175
Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa.”
Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.”
Mereka menjawab, “Hei Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir.”
Luth berkata, “Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu.”
(Luth berdoa), “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.”
Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Surat 55 Adz Dzariyat 24-37
Sudah sampaikah kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan “Salaman”, Ibrahim menjawab, “Salamun” (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui istrinya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkan kepada mereka. Ibrahim berkata, “Silakan kamu makan.” (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut,” dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq). Kemudian istrinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata, “(Aku adalah) seorang perempuan yang mandul.” Mereka berkata, “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan.” Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Ibrahim bertanya, “Apakah urusanmu hai para utusan?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai di Sisi Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas. Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.

Cerita tentang perjanjian antara Allah dengan Ibrahim, yang menjadi dasar ajaran untuk setia kepada Allah tidak disinggung sama sekali di dalam Alquran. Demikian juga tentang pergantian nama tidak disinggung di dalam Alquran, padahal pergantian nama tersebut telah digunakan sebagai dasar untuk memberikan nama baru bagi mereka yang dilantik menjadi raja.
Sunat adalah kejadian penting, karena alat potong yang bisa digunakan pada waktu itu kemungkinan besar hanyalah batu yang ditajamkan dan keberanian Ibrahim mengerat kulit khatannya serta kulit khatan semua laki-laki yang ada di rumahnya telah menjadi tonggak sejarah dalam perjalanan umat Allah. Namun hal yang penting itu juga tidak ditulis di dalam Alquran.
Kitab Kejadian tidak mengatakan bahwa penduduk Sodom dan Gomora telah melakukan perbuatan homo seksual, tetapi Alquran dengan jelas menyatakan bahwa telah terjadi perbuatan homo seksual.
Alquran menceritakan bahwa istri Luth sudah ditakdirkan oleh Allah untuk mati karena tidak termasuk yang diselamatkan. Cerita di dalam Alquran tersebut tentu saja menghilangkan pesan moral bahwa orang harus membebaskan diri dari keterikatannya pada harta benda dan keterikatannya pada masa lalu.


3. Pengorbanan
Kesamaan cerita antara apa yang tertulis di dalam Kitab Kejadian dengan apa yang tertulis di dalam Alquran mengenai begian cerita ini adalah adanya anak yang harus dikorbankan. Namun siapa yang harus dikorbankan ada perbedaan. Walaupun Alquran tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa yang harus dikorbankan adalah Ismael tetapi umat Islam percaya bahwa anak itu adalah Ismael. Sebaliknya orang Yahudi yang menulis cerita yang asli tentu menghendaki bahwa yang mendapatkan kehormatan untuk dipersembahkan kepada Allah adalah Ishak yang dipercaya sebagai bapak bagi bangsa Yahudi.

Di dalam Kitab Kejadian
Sesungguhnya Abraham sudah puas dengan adanya Ismael sebagai anaknya. Namun Allah mengatakan bahwa yang akan meneruskan perjanjian antara Allah dengan Abraham adalah Ishak yang menjadi keturanan Abraham dari istrinya sesama orang yang berasal dari Ur-Kasdim. Alur cerita tersebut juga sesuai dengan kebiasaan raja-raja yang mewariskan tahta kekuasaannya kepada anak yang berasal dari permaesurinya, agar darah yang mengalir dalam darah keturunannya tetap bisa dipertahankan sebagai darah bangsawan. Karena itu sebelum Abraham diperintahkan mengorbankan Ishak, sudah didahului dengan cerita tentang pengusiran Islamel.
Kitab Kejadian yang mengisahkan bagian ini dimulai dengan ayat 20:1 dan diakhiri dengan ayat 22:19, dimulai dengan pertemuan Abram dengan Abimelekh dan diakhiri dengan kisah pengorbanan Ishak.

Abraham dan Abimelekh (20:1-18)
Lalu Abram berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan menetap antara Kadesy dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. Oleh karnena Abraham telah mengatakan tentang Sara, istrinya, “Dia saudaraku,” maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara. Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpin serta berfirman kepadanya, “Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuamni.”
Adapun Abimelekh belum menghampiri Sara. Berkata ia, “Tuhan! Apakah Engkau membunuh bangsa yang tidak bersalah ? Bukankah orang itu sendiri mengatakan kepadaku: Dia saudaraku? Dan perempuan itu sendiri telah mengtakan: Ia saudaraku. Jadi hal ini kulakukan dengan hari yang tulus dan dengan tangan yang suci.”
Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi berfirman, “Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia. Jadi sekarang, kembalikanlah istri orang itu, sebab dia seorang nabi; ia akan berdoa untuk engkau, maka engkau tetap hidup; tetapi jika engkau tidak mengembalikan dia, ketahuilah, engkau pasti mati, engkau dan semua orang yang bersama-sama dengan engkau.”
Keesokan harinya pagi-pagi Abimelekh memanggil semua hambanya dan memberitahukan seluruh peristiwa itu kepada mereka, lalu sangat takutlah orang-orang itu. Kemudian Abimelekh memanggil Abram dan berkata kepadanya, “Perbuatan apakah yang kau lakukan ini terhadap kami, dan kesalahan apakah yang kulakukan terhadap engkau, sehingga engkau mendatangkan dosa besar atas diriku dan kerajaanku? Engkau telah berbuat hal-hal yang tidak patut kepadaku.”
Lagi kata Abimelekh kepada Abraham, “Apakah maksudmu, maka engkau melakukan hal ini?”
Lalu Abraham berkata, “Aku berfikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena istriku. Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi istriku. Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada istriku: Tunjukanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.”
Kemudian Abimelekh mengambil kambing domba dan lembu sapi, hamba laki-laki dan perempuan, lalu memberikan semuanya itu kepada Abraham; Sara, istri Abraham, juga dikembalikan kepadanya. Dan Abimelekh berkata, “Negeriku ini terbuka untuk engkau; menetaplah di mana engkau suka.”
Lalu katanya kepada Sara, “Telah kuberikan kepada saudaramu seribu syikal perak, itulah bukti kesucianmu bagi semua orang yang bersama-sama dengan engkau. Maka dalam segala hal engkau dibenarkan.”
Lalu Abram berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan istrinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan anak. Sebab tadinya Tuhan telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh karena Sara, istri Abraham itu.

Ishak lahir (21:1-7)
Tuhan memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan Tuhan melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya. Kemudian Abraham menyunat Ishak, anaknya itu, ketika berumur delapan hari, seperti yang diperintahkan Allah kepadanya.
Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya. Berkatalah Sara, “Allah telah membuat aku tertawa; setiap orang yang mendengarnya akan tertawa karena aku.”
Lagi katanya, “Siapakah tadinya yang dapat mengatakan kepada Abraham: Sara menyusui anak? Namun aku telah melahirkan seorang anak laki-laki baginya pada masa tuanya.”

Abraham mengusir Hagar dan Ismael (21:8-21)
Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar. Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. Berkatalah Sara kepada Abraham, “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris besama-sama dengan anakku Ishak.”
Hal itu sangat menyebalkan Abraham. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham oleh karena anaknya itu. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham, “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Tetapi keturunanmu dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa. Karena ia pun anakmu.”
Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnya perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air yang dikirbatnya itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya, “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.
Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya, “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”
Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian dibaginya anak itu minum. Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka tinggalah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang istri baginya dari tanah Mesir.”

Perjanjian Abraham dengan Abimelekh (21:22-34)
Pada waktu itu Abimelekh, beserta Pikhol, panglima tentaranya, berkata kepada Abraham, “Allah menyertai engkau dalam segala sesuatu yang engkau lakukan. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku di sini demi Allah, bahwa engkau tidak akan berlaku curang kepadaku, atau kepada anak-anakku, atau kepada cucu-cicitku; sesuai dengan persahabatan yang kulakukan kepadamu, demikianlah harus engkau berlaku kepadaku dan kepada negeri yang kautinggali sebagai orang asing.”
Lalu kata Abraham, “Aku bersumpah!”
Tetapi Abram menyesali Abimelekh tentang sebuah sumur yang telah dirampas oleh hamba-hamba Abimelekh.
Jawab Abimelekh, “Aku tidak tahu, siapa yang melakukan hal itu; lagi tidak kauberitahukan kepadaku, dan sampai hari ini belum pula kudengar.”
Lalu Abraham mengambil domba dan lembu dan memberikan semuanya itu kepada Abimelekh, kemudian kedua orang itu mengadakan perjanjian. Tetapi Abraham memisahkan tujuh anak domba betina dari domba-domba itu. Lalu kata Abimelekh kepada Abraham, “Untuk apakah ketujuh anak domba yang kaupisahkan ini?”
Jawabnya, “Ketujuh anak domba ini harus kauterima dari tanganku untuk menjadi tanda bukti bagiku, bahwa akulah yang menggali sumur ini.”
Sebab itu orang menyubutkan tempat itu Bersyeba, karena kedua orang itu telah bersumpah di sana. Setelah mereka mengadakan perjanjian di Bersyeba, pulanglah Abimelekh beserta Pikhol, panglima tentaranya, ke negeri orang Filistin.
Tempat kedua orang itu bersumpah diberi nama Bersyeba. Abram menanam sebatang pohon Tamariska dan memanggil nama Tuhan, Allah yang kekal. Kemudian masih lama Abram tinggal di negeri orang Filistin. Lalu Abraham menanam sebuah pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama Tuhan, Allah yang kekal. Dan masih lama Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri orang Filistin.

Kepercayaan Abraham diuji (22:1-19)
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya, “Abraham,” lalu sahutnya, “Ya, Tuhan.”
Firman-Nya, “Ambilah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkat ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangannya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu, “Tinggalah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.”
Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulnya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu bertanyalah Ishak kepada Abraham, ayahnya, “Bapak.”
Sahut Abraham, “Ya, anakku.”
Bertanyalah ia, “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi dimanakah anak domba untuk korban bakaran itu?”
Sahut Abraham, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.”
Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sesampainya mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakan di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anak itu.
Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya, “Abraham, Abraham.”
Sahutnya, “Ya, Tuhan.”
Lalu Ia berfirman, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”
Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai koraban bakaran pengganti anaknya.
Dan Abraham menamai tempat itu, “Tuhan menyediakan.”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang, “Di atas gunung Tuhan, akan disediakan.”
Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, “Aku bersumpah demi diriku sendiri – demikianlah firman Tuhan - : Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”
Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba.

Bahwa Kitab Kejadian disusun bukan oleh satu orang tampak pada cerita Abraham dan Abimelekh. Kisah tersebut nyaris sama dengan kisah Abraham ketika masuk ke Mesir dan cerita itu agak janggal karena Abraham yang sudah kaya ketika meninggalkan Mesir, harus kembali menghadapi situasi sulit dan terpaksa meminta belas kasihan dari raja yang berkuasa atas Gerar.
Demikian juga kata-kata yang menyatakan bahwa Abraham meletakkan roti serta sekirbat air dan anaknya Ismael ke atas bahu Hagar, memperlihatkan kecerobohan orang Yahudi dalam menulis kisah tersebut. Ketika Abraham menyunat Isamel, umar bocah itu sudah mencapai tiga belas tahun dan ketika diusir, pasti bocah itu sudah lebih besar lagi, sehingga menjadi janggal jika diletakkan di atas bahu ibunya.
Sebelum Abraham diuji kesetiannya oleh Allah, Hagar dan Ismael sudah diusir sehingga Ishak menjadi anak satu-satunya bagi Abraham. Kenapa Ishak yang harus dikorbankan dan bukan Ismael? Tentu cerita pengorbanan tersebut disesuaikan dengan kepentingan orang Yahudi sebagai penyusun cerita.

Di dalam Alquran
Walaupun kisah tentang pengorbanan yang dilakukan Ibrahim menjadi dasar penyelenggaraan ibadah haji dalam Islam, namun ternyata kisah tentang pengorbanan itu tidak diulas secara pangjang lebar di dalam Alquran. Cerita tentang pengorbanan tersebut hanya terdapat dalam satu surat, yaitu Surat 37 Ash Shaffat: 100-113.

Surat 37 Ash Shaffat: 100-113
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
Maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggilah dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu), “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.

Cerita penyembelihan di dalam Alquran sangat berbeda dengan cerita aslinya yang disusun oleh orang Yahudi. Dalam Alquran, Ibrahim memberitahukan bahwa ia bermimpi menyembelih anaknya dan dengan tegar anaknya menyatakan kesiapannya untuk memenuhi apa yang dimimpikan ayahnya. Jika kesediaan mewujudkan mimpi tersebut menjadi ukuran ketaatan, maka yang lulus ujian bukan hanya ayahnya tetapi juga anaknya karena bersedia disembelih.
Alquran tidak menceritakan bahwa Ismael dan Hagar sudah diusir oleh Ibrahim sebelum Allah memerintahkan Ibrahim menyembelih anaknya dan Alquran juga tidak menyebut secara eksplisit bahwa bocah yang harus disembelih itu adalah Ismael atau Ishak.



4. Akhir hidup Abraham
Tidak ada lagi kesamaan pada bagian cerita ini antara apa yang tertulis di dalam Kitab Kejadian dengan apa yang tertulis di dalam Alquran, bahkan dalam hal di mana Abraham dikuburkan ada perbedaan yang sangat mendasar. Demikian juga tentang adanya agama Ibrahim yang disebut di dalam Alquran tidak ada kesamaannya sama sekali dengan apa yang ada di dalam Kitab Kejadian.

Di dalam Kitab Kejadian
Abraham tidak menginginkan anaknya Ishak mendapat istri dari penduduk setempat. Karena itu Abraham berusaha mencarikan seorang istri bagi anaknya dari saudaranya yang masih berada di Ur-Kadim dan dengan demikian garis darah dari orang Mesopotamia bisa dipertahankan pada keturunannya. Sebelum meninggal Abraham membagian suatu pemberian kepada anak-anaknya kecuali Ishak yang mendapatkan seluruh sisa harta bendanya. Dengan cara itu Abraham menentukan siapa yang menjadi penerus dari cita-citanya menjadi bapak dari sejumlah bangsa.
Kitab Kejadian yang mengisahkan bagian ini dimulai dengan ayat 22:20 dan diakhiri dengan ayat 25:18, dimulai dengan cerita keturunan Nahor dan diakhiri keturunan Ismael.

Keturunan Nahor (22:20-24)
Sesudah itu Abraham mendapat kabar, “Juga Milka telah melahirkan anak-anak lelaki bagi Nahor, saudaramu: Us, anak sulung, dan Bus, adiknya, dan Kemuel, ayah Aram, juga Kesed, Hazo, Pildasy, Yidlaf dan Betuel.”
Dan Betuel memperanakkan Ribka. Kedelapan orang inilah dilahirkan Mulka bagi Nahor, saudara Abraham itu. Dan gundik Nahor, yang namanya Reuma, melahirkan anak juga, yakni Tebah, Gaham, Tahasy dan Maakha.

Ribka dipinang bagi Ishak (24:1-67)
Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, “Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, supaya aku mengambil sumpahmu demi Tuhan, Allah yang mempunyai langit dan yang empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang istri dari antara perempuan Kanaan yang diantaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang istri bagi Ishak anakku.”
Lalu berkatalah hamba itu kepada Abraham, “Mungkin perempuan itu tidak suka mengikuti aku ke negeri ini. Haruskah aku membawa anakmu itu kembali ke negeri dari mana tuanku keluar ?”
Tetapi Abraham berkata, “Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana. Tuhan Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku demikian: kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini – Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu sehingga engkau dapat mengambil seorang istri dari sana untuk anakku. Tetapi jika perempuan itu tidak mau mengikuti engkau, maka lepaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini. Hanya saja, janganlah anakku itu kaubawa kembali ke sana!”
Setelah mendengar penjelasan Abraham, hamba itu meletakkan tangannya di bawah pangkal paha Abraham, tuannya, dan bersumpah kepadanya tentang hal itu.
Berkat bantuan Allah akhirnya perjalanan hamba itu berhasil dan Ribka mau dibawa ke tanah Kanaan. Ishak mengambil Ribka sebagai istrinya.

Sara mati dan dikuburkan (23:1-20)
Sara hidup seratus dua puluh tahun lamanya; itulah umur Sara. Kemudian matilah Sara di Kryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan istrinya yang mati itu, lalu berkata kepada bani Het, “Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan istriku yang mati itu.”
Bani Het menjawab Abraham, “Dengarlah kepada kami, tuanku. Tuanku ini seorang raja agung di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah istrimu yang mati itu dalam kuburan kamu yang terpilih, tidak ada seorang pun dari kami yang menolak menyediakan kuburannya bagimu untuk menguburkan istrimu yang mati itu.”
Kemudian bangunlah Abraham lalu sujud kepada bani Het, penduduk negeri itu, serta berkata kepada mereka, “Jika kamu setuju, bahwa aku mengantarkan dan menguburkan istriku yang mati itu, maka dengarkanlah aku dan tolonglah mintakan dengan sangat kepada Efron bin Zohar, supaya ia memberikan kepadaku gua Makhpela miliknya itu, yang terletak di ujung ladangnya; baiklah itu diberikannya kepadaku dengan harga penuh untuk menjadi kuburan milikku di tengah-tengah kamu.”
Pada waktu itu Efron hadir di tengah-tengah bani Het. Maka jawab Efron, orang Het itu, kepada Abraham dengan didengar oleh bani Het, oleh semua orang yang datang di pintu gerbang kota: Tidak, tuanku, dengarkanlah aku; ladang itu kuberikan kepadamu dan gua yang di sana pun kuberikan kepadamu; di depan mata orang-orang sebangsaku kuberikan itu kepadamu; kuburkanlah istrimu yang mati itu.”
Lalu sujudlah Abraham di depan penduduk negeri itu serta berkata kepada Efron dengan didengar oleh mereka, “Sesungguhnya, jika engkau suka, dengarkanlah aku: aku membayar harga ladang itu; terimalah itu dari padaku, supaya aku dapat menguburkan istriku yang mati itu di sana.”
Jawab Efron kepada Abraham, “Tuanku, dengarkanlah aku: sebidang tanah dengan harga empat ratus syikal perak, apa artinya itu bagi kita? Kuburkan saja istrimu yang mati itu.”
Lalu Abraham menerima usul Efron, maka ditimbangnyalah perak untuk Efron, sebanyak yang dimintanya dengan didengar oleh bani Het itu, empat ratus syikal perak, seperti yang berlaku di antara para saudagar. Demikianlah ladang Efron, yang letaknya di Makhpela di sebelah timur Mamre, ladang dan gua yang di sana, serta segala pohon di ladang itu, bahkan di seluruh tanah itu sampai ke tepi-tepinya, diserahkan kepada Abraham menjadi tanah belian, di depan mata bani Het itu, di depan semua orang yang datang di pintu gerbang kota. Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, istrinya, di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan. Demikianlah dari pihak bani Het ladang dengan nama gua yang ada di sana diserahkan kepada Abraham menjadi kuburan miliknya.

Keturunan Abraham dari Ketura (25:1-6)
Abraham mengambil pula seorang, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak, dan Suah. Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan adalah orang Asyur, orang Letusy dan orang Leum. Anak-anak Midian adalah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura. Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak, tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya ia memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka pergi – masih pada waktu ia hidup – meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi ke sebelah timur, ke Tanah Timur.

Abraham meninggal dan dikuburkan (25:7-11)
Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia di dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre, yang telah dibeli Abraham dari bani Het; di sanalah terkubur Abraham dan Sara istrinya. Setelah Abraham mati, Allah memberkati Ishak, anaknya itu; dan Ishak diam dekat sumur Lahai-Roi.

Keturunan Ismael (25:12-18)
Inilah keturunan Ismael, anak Abraham, yang telah dilahirkan baginya oleh Hagar, perempuan Mesir, hamba Sara itu. Inilah nama anak-anak Ismael, disebutkan menurut urutan lahirnya: Nebayot, anak sulung Ismael, selanjutnya Kedar, Adbeel, Mibsam, Misyma, Duma, Masa, Hadad, Tema, Yetur, Nafisy, dan Kedma. Itulah anak-anak Ismael, dan itulah nama-nama mereka, menurut kampung mereka dan menurut perkemahan mereka, dua belas orang raja, masing-masing dengan sukunya. Umut Ismael ialah seratus tiga puluh tujuh tahun. Sesudah itu ia meninggal. Ia mati dan dikumpulkan kepada kamu leluhurnya. Mereka itu mendiami daerah dari Hawila sampai Syur, yang letaknya di sebelah timur Mesir ke arah Asyur. Mereka menetap berhadapan dengan semua saudara mereka.

Dengan akhir cerita yang menggambarkan bagaimana Abraham memperlakukan jenazah istrinya bisa dilihat bahwa cerita tersebut pada intinya ingin menggambarkan perjuangan seorang suami dalam membangun rumah tangga yang berakhir dengan kebahagiaan. Ketika umurnya sudah lanjut, Abraham mengetahui bahwa ia akan meninggal. Karena itu apa yang masih harus diselesaikannya sebagai seorang ayah dituntaskannya dengan sebaik-baiknya dan hal itu memang terjadi sehingga ia bisa meninggal dalam damai.

Di dalam Alquran
Sisa cerita tentang Ibrahim dalam Alquran ada dalam emat surat, yaitu Surat 14 Ibrahim: 35-41, Surat 2 Al Baqarah: 124-141, 258-260, Surat 3 Ali Imran: 67-97, dan Surat 16 An Nahl: 120-124. Surat Ibrahim adalah salah satu surat yang cukup panjang dari 114 surat yang ada di dalam Alquran. Namun surat tersebut tidak seluruhnya berisi cerita tentang Ibrahim, karena hanya ayat 35 sampai 41 yang berisi cerita tentang Ibrahim.

Surat 14 Ibrahim: 35-41
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan kepadaku di hari tua(ku) Isma’il dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mendengar (Memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).

Surat 2 Al Baqarah: 124-141
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfriman, “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.”
Ibrahim berkata, “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.”
Allah berfirman, “Janji-Ku (ini) tidak mengenal orang-orang yang zalim.”
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahmin dan Isma’il, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud.”
Dan (ingatlah),ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini, negeri yang aman dan sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”
Allah berfriman, “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruknya tempat kembali.”
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Isma’il (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunaah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya ada di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfriman kepadanya, “Tunduk patuhlah!”
Ibrahim menjawab, “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.”
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata), “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”
Mereka menjawab, “Kami akan menyebah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kamu hanya tunduk patuh kepada-Nya.” Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Dan mereka berkata, “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.”
Katakanlah, “Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan yang musyrik.”
Katakanlah (wahai orang-orang Mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan ‘Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah. Katakanlah, “Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami menyikhlaskan hati, ataukah kamu (wahai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadat dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. Itulah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.

Surat 2 Al Baqarah: 258-260
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata, “Saya dapat menghidupkan dan mematikan.”
Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya.
Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”
Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
Allah berfirman, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian kami membalutnya dengan daging.”
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.”
Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?”
Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).”
Allah berfirman, “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu.”
Allah berfirman, “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggilah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahulilah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Surat 3 Ali Imran: 67-97
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulllah; barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Surat 16 An Nahl : 120-124
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukkannya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” Dan bukanlah dia termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka persekutukan itu.

Alquran tidak bercerita tentang kematian istri Ibrahim dan juga tentang bagaimana Ibrahim menyelesaikan tugas hidupnya di dunia ini. Karena itu Alquran tidak mewartakan bahwa Ibrahim sangat setia kepada istrinya dan sangat mengormati istrinya yang ditunjukkannya pada cara menguburkan istrinya.
Alquran bercerita bahwa Ibrahimlah yang membangun Mekah dan tentang makam Ibrahim yang berada di Mekah. Hal itu sangat berbeda dengan cerita asli yang disusun oleh orang Yahudi yang menyebutkan bahwa makam Ibrahim ada di gua Makhpela.
Ibrahim memang bukan Yahudi karena bangsa Yahudi dilahirkan oleh Yakub, yaitu cucu Ibrahim dari Ishak. Selain menjadi kakek dari bangsa Yahudi, Ibrahim juga menjadi kakek dari bangsa Arab, karena Ismail melahirkan dua belas raja raja yang dipercaya sebagai cikal-bakal bangsa Arab. Ibrahim juga pasti bukan Nasrani karena ketika Ibrahim masih hidup belum ada orang-orang Nasrani dan Yesus belum lahir.
Bahwa Muhammad adalah orang yang paling dekat kepada Ibrahim secara fisik tidak mungkin terjadi, karena Muhammad hidup sekitar 2500 tahun setelah Ibrahim. Secara spiritual juga sulit dikatakan bahwa Muhammad yang paling dekat kepada Ibrahim. Muhammad menghormati Ibrahim dengan mengatakan bahwa makam Ibahim ada Mekah dan mewajibkan umat Islam untuk melakukan kurban dalam rangka memperingati apa yang pernah dilakukan Ibrahim. Namun orang Yahudi dan orang Kristen menghormati Ibrahim sebagai bapak dari segala bangsa sesuai dengan apa yang dicita-citakannya.


5. Apakah Ibrahim sama dengan Abraham?
Kerena banyaknya perbedaan antara kisah Abraham yang ditulis dalam Kitab Kejadian dengan kisah Ibrahim yang ditulis di dalam Alquran, patut dipertanyakan apakah yang dimasud Ibrahim dalam Alquran sama dengan Abraham yang diceritakan di dalam Kitab Kejadian. Seandainya dari beberapa sudut pandang yang akan dibahas di bawah ini, bisa disimpulkan bahwa Ibrahim yang diceritakan di dalam Alquran tidak sama dengan Abraham yang ditulis bangsa Yahudi, tentu pertanyaan selanjutnya adalah, “Apakah cerita Ibrahim yang ditulis di dalam Alquran lebih bermakna dibanding cerita Abraham yang disusun oleh bangsa Yahudi,” sehingga Muhammad berani mengatakan bahwa ada penyimpangan ayat-ayat Allah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Visi dan misi
Walaupun perjalanan Abraham ke tanah Kanaan didasarkan pada perintah Allah, namun perintah tersebut sesungguhnya adalah visi dan misi Abraham dalam memanfaatkan sisa hidupnya yang ketika itu sudah mencapai 75 tahun. Perintah tersebut menyatakan bahwa Abraham ingin menjadi bapak dari banyak bangsa dengan misi agar hidupnya menjadi berkat. Orang di jaman sekarang dianjurkan untuk merumuskan visi dan misi hidupnya dengan memikirkan sendiri dan walaupun dalam menyusun visi serta misi tersebut tidaklah tertutup kemungkinan untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan, namun orang tidak lagi mengatakan bahwa visi dan misi hidupnya adalah perintah dari Tuhan. Hanya orang yang menjadi pastor sering mengatakan bahwa keputusannya menjadi pastor adalah panggilan Tuhan. Tetapi sesungguhnya apa pun profesi yang digeluti seseorang, bisa dikatakan bahwa pilihannya itu adalah panggilan Tuhan.
Beberapa kalangan berusaha mempertemukan antara Kristen, Yahudi, dan Islam dengan mengangkat tema Abraham, dengan anggapan bahwa baik Kristen, Yahudi, maupun Islam sama-sama mengakui adanya Abraham atau Ibrahim. Namun dengan tidak dicantumkannya visi bahwa Abraham ingin menjadi bapak dari sejumlah bangsa, di dalam Alquran, tentu Ibrahim bagi Islam bukanlah bapak dari sejumlah bangsa dan dengan demikian Ibrahim dalam Islam tidak sama dengan Abraham di dalam Kitab Kejadian.

Kekuatan Iman
Bangsa Yahudi menggambarkan betapa kuatnya iman Abraham, yang walaupun sudah mengetahui bahwa istrinya mandul sejak sebelum meninggalkan Ur-Kasdim, tetap berharap bahwa Allah akan memberikan kepadanya seorang anak dari istrinya yang juga orang Ur-Kasdim. Diceritakan bahwa Sara tidak mempunyai iman sedalam suaminya dan karena itu ketika disadarinya bahwa usianya sudah lanjut sedangkan tanda-tanda kedatangan seorang anak belum juga tampak, ia menyarankan kepada suaminya untuk menghampiri hambanya Hagar. Abraham menerima usul dari istrinya, namun ia tetap yakin bahwa ia akan dikaruniai seorang anak dari Sara. Hanya iman yang sangat mendalam tersebut yang memungkinkan Abraham di usianya yang sudah mencapai seratus tahun bisa mendapatkan keturuan dari istrinya. Pesan itu sangat penting, karena hanya dengan iman yang kuat maka apa yang tidak mungkin diraih menurut pandangan manusia, menjadi mungkin di mata Allah.
Patut disayangkan bahwa Alquran tidak mencantumkan pesan tersebut dengan menyederhanakan cerita, bahwa Allah berjanji memberikan anak kepada Ibrahim ketika Malaikat Tuhan datang ke kemah Ibrahim sehingga anak yang kemudian dilahirkan tersebut adalah pemberian dari Tuhan. Artinya Ibrahim dalam Alquran tidak memiliki iman sekuat Abraham yang diceritakan oleh orang Yahudi.

Tanah Kanaan
Sebenarnya sewaktu Allah memerintahkan kepada Abraham untuk pergi ke Tanah Kanaan, disebutkan untuk tinggal sebagai orang asing. Artinya Allah tidak mengajarkan kepada Abraham untuk merebut Tanah Kanaan dengan pedang atau dengan cara kekerasan, tetapi Allah memerintahkan kepada Abraham untuk hidup berdampingan dengan penduduk setempat dengan cara merendahkan diri sebagai orang asing. Bahwa kemudian keturunan Abraham menganggap bahwa Tanah Kanaan adalah tanah yang dijanjikan Allah dan harus direbut dengan kekerasan tidak ada dalam pesan Allah kepada Abraham.
Jika dikaitkan dengan perang antara Arab dan Israel yang sudah berlangsung sejak sebelum Muhammad lahir, sebenarnya pesan Allah tersebut sangat penting untuk ditonjolkan terutama untuk kepentingan bangsa Arab. Namun ternyata pesan tersebut juga tidak dicantumkan di dalam Alquran yang berbahasa Arab dan disampaikan oleh orang Arab kepada bangsa Arab. Karena Alquran tidak mencantumkan kisah perjuangan Ibrahim pergi ke Tanah Kanaan, bisa dikatakan bahwa Ibrahim bukanlah Abraham yang diceritakan oleh bangsa Yahudi.

Sunat bagi laki-laki
Sunat yang pertama kali dilakukan oleh Abraham mungkin terjadi lebih dari 4000 tahun yang lalu dan pada waktu itu alat yang digunakan diduga terbuat dari batu yang ditajamkan. Patur dipertanyakan, “Mengapa Abraham begitu nekat mengerat kulit khatan semua laki-laki yang ada di rumahnya?” Hal itu dilakukan, tidak lain hanya karena ada perintah yang datang dari Allah dan sunat itu dilakukan untuk membuktikan bahwa keluarga Abraham adalah umat Allah. Bukti sebagai umat Allah tersebut dinyatakan pada bagian tubuh yang tidak kelihatan oleh orang lain, karena bagian tubuh tersebut adalah bagian yang ditutupi dengan pakaian. Dengan cara itu, sunat sebagai bukti telah menjadi umat Allah tidaklah untuk dipamerkan kepada masyarakat luas, karena tidak ada orang yang mau meemperlihatkan kemaluannya yang sudah disunat kepada orang banyak hanya untuk menunjukkan bahwa ia adalah umat Allah.
Bagian cerita tersebut juga tidak dicantumkan di dalam Alquran sehingga aturan sunat yang diberlakukan bagi umat Islam tidak didasarkan pada ayat yang ada di dalam Alquran. Dengan demikian peranan sunat bagi umat Islam berbeda dengan sunat yang dilakukan oleh bangsa Yahudi dan Ibrahim yang diceritakan di dalam Alquran bukanlah Abraham yang mengajarkan untuk melakukan sunat sebagai bukti telah menjadi umat Allah.

Setia kepada istri
Dari sebagian besar cerita bangsa Yahudi tentang tokoh dan pemimpin mereka, cerita hubungan antara Abraham dengan istrinya menduduki tempat yang sangat istimewa. Ketika Sara meminta kepada Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael, sebenarnya Abraham tidak setuju, namun kemudian Abraham mendapat petunjuk dari Allah agar ia mau menuruti kemauan Sara. Demi cintanya kepada Sara, Abraham rela melepas Ismael pergi. Demikian juga cinta Abraham kepada istrinya dibuktikan pada saat menguburkan jasad Sara. Abraham bersikeras membeli tanah yang akan dijadikan miliknya untuk kepentingan penguburan jasad istrinya.
Pesan cerita yang disusun oleh orang Yahudi agar laki-laki setia kepada istrinya juga tidak dicantumkan di dalam Alquran. Mungkin hal itu sengaja tidak dicantumkan, karena Alquran mengijinkan laki-laki beristri lebih dari satu, sehingga cerita bahwa suami harus setia kepada istrinya tidak cocok untuk masuk menjadi bagian dari apa yang harus diajarkan di dalam Alquran. Jika memang Ibrahim yang dimaksud di dalam Alquran adalah laki-laki yang juga beristri lebih dari satu, yaitu Sara dan Hagar, maka Ibrahim yang digambarkan dalam Alquran tidak sama dengan Abraham yang diceritakan oleh bangsa Yahudi yang menghampiri Hagar hanya untuk memenuhi permintaan istrinya Sara.

Agama Ibrahim
Menurut cerita yang disusun bangsa Yahudi, perjumpaan Abraham dengan Allah tidak melahirkan adanya agama yang disebarkan oleh Abraham. Abraham hanya menjadikan orang yang ada di dalam rumahnya menjadi umat Allah tetapi kepada orang yang tidak berada di rumahnya, Abraham tidak menganjurkan untuk menyembah kepada Allah. Bahkan kepada Lot, keponakannya sendiri yang pernah tinggal bersamanya, juga tidak diajarkan untuk menyembah kepada Allah dan tidak dianjurkan untuk disunat.
Namun Alquran menyebutkan adanya agama Ibrahim, sehingga Ibrahim yang digambarkan sebagai penyebar agama Allah di dalam Alquran tidak cocok dengan sosok Abraham yang ada di dalam Kitab Kejadian, yang mampu bersahabat dengan penduduk di sekitarnya yang belum mengenal Allah.

Anak durhaka
Di dalam Kitab Kejadian digambarkan hubungan antara Abraham dengan ayahnya yang harmonis, karena tidak ada sedikit pun pertentangan antara anak dengan ayah dan hal itu sejalan dengan sikap bangsa Yahudi yang mengajarkan bahwa anak harus hormat kepada kedua orang tuanya dan anak yang tidak hormat pada orang tuanya bisa digolongkan sebagai anak yang durhaka yang patut mendapat hukuman.
Sebaliknya Ibrahim yang ditulis di dalam Alquran berseteru dengan ayahnya yang masih menyembah berhala, karena ia sudah menyembah kepada Allah. Bahwa Alquran mengajarkan kepada umat Islam untuk berjuang di jalan Allah yaitu menyerukan agar manusia menyembah kepada Allah dan tidak kepada berhala, bisa diduga menjadi dasar membuat cerita Ibrahim yang berbeda dengan cerita Abraham yang ada di dalam Kitab Kejadian, sehingga sikap Ibrahim yang menentang ayahnya oleh Alquran dipandang sebagai sikap yang benar.

Di mana dikuburkan
Setelah selesai menjalankan tugasnya di dunia, Abraham dikumpulkan kepada kaum leluhurnya dan jasadnya dikuburkan di gua Makhpela di dekat makan istrinya. Orang Yahudi yang menyusun cerita tentu tidak mungkin menuliskan bahwa Abraham di kuburkan di tempat lain yang jauh dari makan istrinya dan tidak mungkin makam tersebut berada di luar tanah Kanaan. Karena setelah dengan susah payah mengikuti perintah Allah untuk pergi ke tanah Kanaan maka logika cerita menjadi wajar bahwa Abraham mati dan dikuburkan juga di tanah Kanaan.
Alquran menyatakan bahwa makam Ibrahim ada di Baitullah di Mekah, yang lokasinya sekitar 400 km jauhnya dari gua Makhpela yang ada di Tanah Kanaan. Kedua tempat tersebut berbeda dan hingga sekarang masih bisa dibuktikan berbeda sehingga tidak mungkin Abraham yang disebut dalam Kitab Kejadian bisa sama dengan Ibrahim yang disebut di dalam Alquran.

Etika menulis buku
Alquran tidak mengatakan bahwa sumber cerita Ibrahim yang ada di dalam Alquran berasal dari cerita yang disusun oleh bangsa Yahudi, karena Muhammad mengatakan bahwa sumber cerita tersebut berasal dari Allah sehingga mungkin saja cerita yang didapat oleh Muhammad memang berbeda dengan cerita yang disusun oleh bangsa Yahudi.
Di satu sisi, Alquran membenarkan bahwa Allah telah menurunkan kitab Taurat dan kitab Injil, sehingga Alquran yang diberikan kepada Muhammad adalah kelanjutan dari dua kitab yang mendahuluinya. Namun di sisi lain, Alquran menerangkan bahwa orang Yahudi dan orang Nasrani telah menyelewengkan ayat-ayat Allah sehingga cerita Abraham yang disusun oleh bangsa Yahudi adalah salah dan yang benar adalah cerita Ibrahim yang ada di dalam Alquran. Artinya Alquran menyatakan bahwa Ibrahim yang ada di dalam Alquran sesungguhnya sama dengan Abraham yang ada di dalam Kitab Taurat dan adanya perbedaan dalam kedua versi tersebut semata-mata hanya karena orang Yahudi salah dalam menyampaikan cerita tersebut.
Adalah wajar bahwa sebuah buku ditulis untuk meluruskan apa yang disusun oleh penulis sebelumnya yang dianggap salah. Banyak penemuan ilmiah membuktikan bahwa apa yang sebelumnya dianggap benar ternyata setelah diteliti lebih mendalam menjadi tidak benar, maka disusunlah buku baru yang menjelaskan bahwa telah ada kebenaran yang lebih baru. Dalam meluruskan apa yang disusun oleh penulis sebelumnya biasanya dilakukan dengan segala hormat kepada pendahulu yang telah membuka jalan bagi perkembangan selanjutnya dan dengan bahasa yang santun dijelaskan di mana letak salah dan di mana letak benarnya. Menyadari ada sebuah kemajuan, maka pembaca dan bahkan penulis sebelumnya akan memberi hormat kepada yang telah mengungkapkan kebenaran.
Alquran menceritakan kisah Ibrahim yang tidak selengkap apa yang diceritakan oleh bangsa Yahudi dan bisa dikatakan tidak ada hal-hal yang baru yang diungkap di dalam Alquran yang bisa membuktikan bahwa cerita Abraham yang ditulis oleh bangsa Yahudi adalah salah. Sesungguhnya, tanpa bisa membuat cerita yang lebih baik, tidak sepantasnya Alquran menyalahkan apa yang sudah dikerjakan dengan baik oleh bangsa Yahudi.

Mana yang lebih baik
Kita bisa menduga bahwa orang yang membaca cerita yang disusun oleh bangsa Yahudi dan kemudian membandingkan dengan cerita yang ada di dalam Alquran sepakat bahwa cerita yang disusun oleh bangsa Yahudi ditinjau dari makna cerita dan cara penyajiannya jauh lebih baik dan lebih menarik dibandingkan dengan apa yang ada di dalam Alquran.
Jika penyusun Alquran sungguh-sungguh ingin manyaingi bangsa Yahudi dalam menyusun sebuah kitab sebenarnya banyak yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah menampung semua kisah tentang Ibrahim dalam satu surat yang sudah ada di dalam Alquran, yaitu surat yang diberi judul Ibrahim. Dengan disatukannya semua kisah tentang Ibrahim di dalam satu surat maka duplikasi yang ada menjadi tampak dan dengan mudah bagian yang tidak perlu bisa dihapuskan.
Tetapi yang paling penting yang harus dilakukan untuk bisa menulis cerita Abraham yang lebih baik dari yang dibuat oleh bangsa Yahudi adalah membaca secara cermat cerita tersebut dan setelah memahami isi cerita, baru dicari celah-celah yang masih memungkinkan untuk melakukan perbaikan. Styarat utama untuk bisa memahami cerita yang disusun oleh bangsa Yahudi adalah bisa membaca dan kemampuan itulah yang tidak dimiliki oleh Muhammad yang diceritakan tidak bisa baca tulis.

Mana yang berasal dari Allah
Tetapi mungkin masih ada orang yang percaya bahwa cerita tentang Ibrahim yang ada di dalam Alquran adalah yang benar karena berasal dari Allah sedangkan cerita Abraham dalam Kitab Kejadian tidak benar karena disusun oleh manusia. Karena itu perlu disinggung juga apa yang pasti berasal dari Allah dan apa yang tidak mungkin berasal dari Allah.
Kita semua pasti sepakat bahwa Allah lebih pandai jika dibandingkan dengan kemampuan manusia dan jika Allah memberikan sesuatu kepada manusia, pastilah yang diberikan adalah yang terbaik bagi manusia. Menyangkut cerita tentang Abaraham di dalam Kitab Kejadian memang cerita itu disusun oleh manusia, yaitu bangsa Yahudi. Tetapi inspirasi yang muncul di kepala si penyusun cerita, yang kebetulan juga mungkin orang pandai, bisa saja berasal dari Allah sehingga walaupun ditulis oleh tangan manusia tetapi tangan itu sebenarnya digerakkan oleh Allah. Sebaliknya boleh saja orang mengaku mendapat wahyu dari Allah, tetapi karena kemampuannya sangat terbatas maka apa yang disampaikannya tidak optimal. Karena itu suatu karya harus dinilai dari hasil akhirnya dan hasil akhir yang lebih baik bisa dikatakan sebagai penyampaian wahyu Allah yang lebih sempurna.

Mana yang harus dipilih
Sebagai konsumen dari cerita asing, yang kita bisa lakukan adalah memilih cerita yang paling baik dan yang paling bermanfaat. Prinsip yang bisa digunakan dalam memilih, bisa mengikuti apa yang biasa dilakukan dalam memilih barang. Jika ada barang yang asli dan ada barang yang tiruan maka perlu dilihat lebih dalam dan jangan terpengaruh pada apa yang dikatakan oleh orang yang menjualnya. Di tangan seorang pedagang, barang tiruan bisa dipromosikan lebih hebat dibanding barang yang asli dan jika tidak ada informasi yang lengkap yang bisa digunakan untuk meyakinkan bahwa barang yang tiruan lebih baik dari yang asli, orang dianjurkan untuk memilih barang yang asli.
Karena sudah banyak masyarakat di Indonesia yang membaca cerita Ibrahim yang tidak berasal dari sumber yang asli, bisa diduga sudah terjadi banyak salah paham dan untuk meluruskan salah paham tersebut perlu disarankan kepada pemerintah, dalam hal ini Departeman Agama, untuk mendorong masyarakat membaca kisah asli yang disusun oleh bangsa Yahudi.

Menghapus sumber konflik
Ritual mengelilingi kabah yang dilakukan setahun sekali dalam agama tradisional Arab sudah ada jauh sebelum Muhammad di lahirkan dan sebelum ada agama Islam dan inti dari ritual tersebut adalah penyembahan kepada dewa-dewa bangsa Arab yang dituduh oleh Muhammad sebagai penyembahan berhala.
Namun setelah Kabah dikuasai oleh Islam, ritual yang sama tetap dijalankan tetapi alasan untuk melaksanakan ritual tersebut diubah dengan memasukkan cerita Ibrahim. Dan pemasukan cerita tersebut sesungguhnya tidak akan menimbulkan masalah selama cerita Ibrahim yang digunakan sebagai kemasan baru tersebut adalah cerita Ibrahim yang tidak sama dengan cerita Abraham yang ada dalam tradisi keagamaan Yahudi.
Namun karena Alquran menyatakan bahwa cerita Abraham dalam tradisi agama Yahudi salah dan yang benar adalah cerita Ibrahim yang ditulis di dalam Alquran dan cerita Ibrahim tersebut dijadikan kemasan baru untuk membenarkan ritual penyembahan berhala dalam tradisi Arab kuno menjadi penyembahan kepada Allah dalam melakukan ibadah haji, maka dengan sendirinya kemasan baru tersebut menjadi sumber konflik.
Jika ada kehendak baik untuk menghapuskan sumber konflik tersebut dan berusaha menata hubungan keagamaan yang saling menghormati dan tidak saling menyalahkan, salah satu saran yang perlu disampaiakan adalah agar tidak lagi menggunakan budaya keagamaan Yahudi dalam menjalankan ritual keagamaan Islam, sehingga Islam bisa kembali ke bentuk aslinya, yaitu agama tradisional bangsa Arab.

Tidak ada komentar: