Tuhan atau Berhala

Re: Abraham & Kenikmatan Duniawi (Jawaban utk Seno Pradono)

Bung Seno Pradono yang baik,

Terima kasih atas tanggapan Anda atas apa yang saya tulis. Semua raja pada jaman dulu mengaku dirinya adalah titisan Tuhan (Dewa), atau orang yang diberi mandat oleh Tuhan untuk memerintah dan karena kekuasaannya (Tahta) para raja mempunyai harta dan banyak wanita. Rakyat diwajibkan menyembah raja dan menyerahkan upeti kepada raja agar mendapat berkah dari raja yaitu diijinkan tinggal dan mencari makan di wilayah kerajaan. Untuk menunjukkan bahwa raja itu juga diberkati Tuhan, dilakukan upacara penyembahan kepada Tuhan (berhala) dengan memberikan upeti kepada Tuhan, berupa kambing domba atau lembu sapi atau bentuk lain.

Selama raja menjalankan pemerintahan dengan baik dan tetap berkuasa, rakyat ikut menyembah apa yang disembah raja tetapi ketika raja dikalahkan bangsa lain menjadi bukti bahwa apa yang disembah raja tidak ampuh mengalahkan musuh dan muncul alternatif menyembah Tuhan lain (berhala lain) sehingga ada persaingan pelayanan dan syarat upeti antara berhala yang satu dengan berhala yang lain.

Ketika memimpin bangsa Israel dan akan mengeluarkan suatu aturan, Musa selalu mengatakan Tuhan berfirman, lalu diumumkan apa yang difirmankan Tuhan di antaranya 10 perintah Tuhan.

Tetapi Yesus tidak pernah mengatasnamakan Tuhan dalam pengajarannya, Yesus tidak punya tahta, harta dan wanita. Yesus selalu mengatakan, "Aku berkata kepadamu." Dan apa yang dikatakan Yesus memang bukan perintah untuk menyembah Tuhan tetapi memberi contoh bagaimana menjalani hidup yang baik.

Dalam agama Hindu dan Buddha juga tidak ada perintah dari Tuhan kepada manusia untuk melakukan apa pun, karena perintah Tuhan sudah ada dalam hukum alam. Agama Hindu mengajarkan untuk hidup harmoni dengan alam demikian juga agama Buddha dan Sidahrta Gautama meninggalkan tahta, harta dan wanita untuk menjalai kehidupan spiritual.

Apa yang diajarkan agama Hindu, Buddha, dan Yesus bersifat kerohanian, yaitu membimbing umat menemukan diri sendiri dan menemukan Tuhan dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada orang yang boleh mengatasnamakan Tuhan untuk mengatur manusia, karena itu Buddha melarang umatnya mengkultusindividukan dirinya dan Yesus mengajarkan untuk menjalankan apa yang diajarkannya. Baik agama Hindu, Buddha dan ajaran Yesus mendorong manusia untuk meningkatkan kemampuan spiritual agar mendekat kepada Tuhan dan mengambil bagian dalam karya ilahi.

Berhala adalah Tuhan buatan manusia dengan sifat-sifat yang didefinisikan manusia dan bertugas melakukan apa yang diharapkan manusia. Tetapi Tuhan sesungguhnya adalah Roh Maha Sempurna yang tak tampak oleh manusia dan berada di luar jangkauan manusia untuk didefinisikan. Tuhan melakukan sesuatu atas kehendaknya sendiri dan tidak mungkin disetir oleh manusia.

Saya coba komentari pernyataan Anda:
SP, "Sifat Maha Penyayang ini hanya diberikan pada hari pembalasan yaitu setelah kiamat, di mana (menurut kepercayaan Islam) semua manusia akan ditimbang kebaikan & keburukannya dan diputuskan masuk surga atau neraka. Tapi mereka yang masuk neraka sebagian tidaklah final karena itu hanya untuk menebus kesalahan mereka di dunia, jika masuk ada rasa kepercayaan pada Allah (iman) maka pada suatu saat mereka juga akan masuk surga."

Pemikiran bahwa manusia harus mengakui Tuhan dan menjadi umat Tuhan berasal dari jaman Abraham. Menurut perjanjian antara Abraham dan Tuhan, untuk dapat menjadi umat Tuhan harus dibutikan dengan sunat bagi laki-laki. Wanita tidak wajib sunat karena pada jaman itu wanita adalah milik laki-laki. Orang yang tidak menjadi umat Tuhan adalah kafir. Dalam konsep itu Tuhan dijadikan berhala yang memihak mereka yang mau mengakui adanya Tuhan dan beriman kepada Tuhan. Mereka yang tidak mengakui adanya Tuhan berarti tidak berada di pihak Tuhan dan akan menjadi musuh Tuhan.

Yesus, agama Hindu dan agama Buddha tidak mensyaratkan orang harus mengakui Tuhan dan beriman kepada Tuhan, karena Tuhan yang menciptakan manusia adalah Tuhan Maha Besar yang mencintai baik orang yang mau mengakui maupun orang yang tidak mau mengakui adanya Tuhan. Bagi Tuhan tidak menjadi masalah karena semua kekuasaan ada di tangan Tuhan dan yang terpenting bagi manusia adalah menjalankan tugas kemanusiaannya di dunia sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan.

SP, "Dari situ kita sampaikan bahwa Tuhan versi Islam adalah adil."

Tuhan sebagai Hakim Agung, berawal dari jaman Musa. Menurut orang Yahudi pada jaman itu, Tuhan akan menghukum mereka yang hidupnya tidak sejalan dengan apa yang dikehendaki Tuhan dan memberi hadiah kepada mereka yang hidupnya mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan. Dengan konsep itu, oleh manusia, Tuhan dijadikan berhala yang harus menegakkan keadilan menurut konsep manusia.

Kenyataanya orang yang menurut manusia berbuat jahat, yaitu yang hidupnya tidak sejalan dengan perintah Tuhan (menurut konsep manusia) ada yang tidak dihukum Tuhan, malah dapat hidup nyaman dan yang sebaliknya juga terjadi. Kenyataan itu dapat kita lihat hingga sekarang, seorang koruptor yang menurut logika harus dihukum Tuhan ternyata dapat hidup nyaman sebaliknya orang yang rajin beribadah ada yang mendapat musibah atau hidupnya susah.

Karena itu Yesus mengatakan urusan dunia harus dipisahkan dari urusan Tuhan. Masalah keadilan dalam hidup di dunia adalah Hak Pemerintah (DPR membuat UU, Hakim menggelar sidang pengadilan, dan pemerintah menyelenggarakan penjara bagi orang hukuman).
Jika Tuhan memberikan hidup yang lebih baik kepada seseorang sementara memberi kesulitan bagi yang lain, itu adalah hak Tuhan yang pertimbangannya tidak diketahui manusia dan belum tentu sejalan dengan konsep keadilan yang ada di kepala manusia. Kosep yang hampir sama ada di Agama Hindu dan Buddha karena akan ada akibat dari
perbuatan manusia yang berpengaruh pada kehidupan berikut tetapi manusia tidak dapat menentukan apa yang akan terjadi pada kehidupan berikut.

SP, "Maka janganlah sampai tindakan kaum Islam ekstrimis, membuat mata kita semua (termasuk Pak Darmawan) tertutup bahwa ada juga pemahaman Islam yang seperti ini."

Saya paham banyak pemahaman yang berbeda dalam Islam, salah satu contoh Islam NU berbeda dengan Islam Muhammadiyah dan varasinya masih banyak dan saya tidak terpangaruh dengan kejadian 1 Juni di Monas. Karena itu dalam tulisan saya, saya hanya fokus pada Islam menurut Alquran dan apa yang dicontohkan Muhammad. Bahwa ada kaum sufi yang mencoba membuat rumusan hidup yang lebih dapat diterima akal saya paham tetapi masalahnya sebaik apa pun hidup seseorang, tetap saja selama orang itu mengaku beragama Islam tidak akan lepas dari kewajiban Sholat dan lain-lain perintah yang ada di dalam Alquran yang dipercaya sebagai ucapan Allah, termasuk kewajiban memisahkan orang Mukmin dari orang kafir serta kewajiban jihad di jalan Allah.

SP, "Saya sepakat bahwa inti dari keimanan kita adalah juga kekayaan spiritual dalam hal ini kita mengurangi nafsu duniawi kita, tapi sebagai orang Islam saya kurang sepakat jika berhala dijadikan sebagai alat untuk mempermudah pengurangan nafsu duniawi."

Masalah berhala dan tidak berhala perlu lebih ditegaskan bahwa perbedaannya ada di dalam kepala dan dapat dilihat dari cara orang bersikap.

Foto kekasih pada seorang pacar bisa jadi berhala tetapi bisa juga hanya sebagai pelepas rindu. Foto itu akan jadi behala manakala dengan mencium foto itu ia sudah mendapat orgasme, padahal orang yang ada di dalam foto itu sedang berpelukan dengan wanita lain. Foto itu menjadi pelepas rindu jika dengan memandang foto itu ia ingat akan pengalaman romantis yang pernah dialaminya.

Patung yang ada di gereja dan candi adalah karya seni yang akan menambah rasa kagum pada keagungan ilahi dan tidak jauh berbeda dengan foto yang ada di tangan seorang kekasih.

Kitab Suci bisa jadi berhala tetapi bisa juga hanya sekedar kitab. Ada seorang wanita di Amerika, karena berharap uang yang ditunggu segera diterima berdiri di atas Alkitab sambil berdoa semoga uang yang ditunggu segera sampai dan ternyata apa yang diharapkan benar. Anda bisa bayangkan apa jadinya kalau ada orang Islam berani berdiri di atas Alquran.

Syair adalah karya seni sastra yang menimbulkan kekaguman pada saat dilantunkan dan bukan berhala. Anda bandingkan dengan orang yang melantunkan ayat Alquran yang dipercaya membawa pahala (dihadiahkan oleh berhala) bagi orang yang melantunkan dan juga orang yang mendengar

Berhala sekali lagi buatan manusia dan dalam banyak hal diciptakan untuk mencari keuntungan atau menguntungkan orang yang mengajarkan atau menyebarkan berhala tersebut. Berhala adalah urusan dunia karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan badaniah dan berhala memperbudak manusia dengan menuntut agar manusia melakukan
kehendaknya dengan imbalan kenikmatan dunia. Karena itu berhala menuntut disiplin, datang ke kantor harus tepat waktu, siapa yang terlambat gajinya akan dipotong. Orang menjadi takut terlambat dan kalau terlambat menjadi stress karena penghasilannya berkurang.

Itulah kehidupan dunia tetapi kehidupan spiritualitas yang bermuara pada Tuhan Yang Maha Sempurna berkata lain, jika kamu memang terlambat, tidak usah takut, jika gajimu berkurang sabar saja. Dan kalaupun nasib kamu kali ini belum beruntung jangan stess karena masih ada hari esok yang mungkin lebih baik. Tetapi ada agama yang bukan meringankan beban hidup manusia tetapi malah menambah dengan memberikan kewajiban kepada manusia untuk menyembah Tuhan (berhala). Jika lalai memenuhi kewajiban kepada Tuhan (berhala) sudah ada ancaman hukumannya, yaitu siksa neraka.

SP, "Kemudian tentang Muhammad yang tidak membunuh Musailamah Al-Kadzdzab."

Sebuah okestra adalah contoh yang baik di mana kesempurnaan dituntut. Satu gesekan biola yang mengeluarkan suara yang salah akan menyebabkan pertunjukan menjadi rusak dan orang tidak akan mau lagi mendengarkan orkestra yang tidak sempurna. Presiden Nixon akan tetap menjadi baik jika skandal Watergate tidak terungkap. Orang bilang
karena nila setitik rusak susu sebelanga. Orang tidak akan mau memilih pemimpin yang pernah melakukan kesalahan apalagi pernah terlibat perbuatan kriminal dan atau punya skandal seksual. Orang yang dijadikan pemimpin diharapkan orang yang terbaik kalau tidak bisa didapat yang sempurna. Seorang nabi bukan hanya sekedar pemimpin sehingga tuntutan kesempurnaannya jauh lebih tinggi.

Muhammad tidak membunuh Musailamah, ok. Tetapi Muhammad mengusir satu kampung orang Yahudi, Muhammad menyuruh membantai satu kampung Yahudi lainnya dengan perintah semua anak laki-laki yang sudah mempunyai bulu kemaluan harus dibunuh. Muhammad pernah menyuruh membunuh seorang Yahudi yang membuat syair yang memihak suku Qurasisy. Muhammad pernah memimpin perampokan terhadap kalifah Mekah dan Muhammad pernah melakukan pelecehan seksual, bersetubuh dengan anak berusia 12 tahun ketika usianya sudah 50 tahun dan pernah punya 11 istri yang disetubuhi semuanya secara bergilir.

SP, "Tentang Abraham, Sara, Hagar (Atau Ibrahim, Sarah, & Hajar dalam versi Islam), sudah lama saya tahu bahwa di Al-Qur'an dan di Alkitab itu berbeda dalam versi penceritaannya. Jadi kalau hanya berdasarkan pada Al-Qur'an atau Alkitab jelas saja kita tak akan pernah bertemu."

SP, "Kalau Pak Darmawan ingin tahu versi dialognya kyai dan pendeta dalam versi Islam (yang kabarnya terjadi di Jawa Timur), Pak Darmawan dapat membaca buku "Dialog Santri-Pendeta" saya lupa terbitan mana, dulu saya baca waktu SMA."

Saya pernah menulis bahwa tidak mungkin ada dialog antara Islam dengan Yahudi atau Kristen selama pihak Islam berpegang bahwa Alquran adalah kata-kata Allah, Mana mungkin melawan kata-kata Allah. Tetapi untuk mendiskusikan bahwa Alquran bukan kata-kata Allah saya kira mungkin dan mudah dibuktikan bahwa Alquran hanyalah ucapan Muhammad. Jika sepakat bahwa Allquran seperti semua kitab lainnya adalah buatan manusia, dengan sendirinya banyak perbedaan mudah dilihat. Antara kisah Abraham dalam Alkitab dan Ibrahim dalam Alquran menjadi jelas yang ada lebih dahulu adalah kisah Abraham dalam Alkitab.

Ada seorang anak bernama si Badu, karena orang tuanya miskin tidak dikirim ke sekolah tetapi belajar pada orang pintar (di Indonesia banyak orang pintar yang buta huruf diminta bantuannya oleh penduduk kota yang dari status akademis seharusnya lebih pintar karena melek huruf tetapi dalam urusan tertentu lebih percaya pada orang pintar yang ada di kampung). Kepada anak kecil itu orang pintar yang buta huruf mengajarkan bahwa dua kali dua sama dengan lima, ketika ditanya kenapa lima si orang pintar itu mengatakan bahwa lima adalah jawaban dari Allah. Setelah besar kalau ditanya dua kali dua si Badu selalu menjawab lima. Ketika hendak bekerja, ia dihadapkan pada hal baru, kata temannya kamu harus menjawab empat dan diajarkan cara
menghitung dua kali dua dengan logika disertai peragaan dengan butir kacang. Si Badu dihadapkan pada pilihan percaya pada jawaban Allah atau percaya pada logika yang berlaku umum.

Mudah-mudahan apa yang saya tulis ada manfaatnya dan jika ada yang salah mohon dikoreksi. Setiap komentar dan koreksi akan saya jadikan masukan berharga demi kemajuan kita bersama.
Salam


--- In mediacare@yahoogroups.com, Seno Pradono
wrote:
>
> Bismillah.
>
> Saya sudah lama membaca tulisan-tulisan Pak Darmawan di milis ini. Mungkin sudah saatnya saya turut nimbrung memberikan sedikit pandangan saya tentang isu-isu yang dibahas oleh Pak Darmawan.
>
> Tentang Abraham, Sara, Hagar (Atau Ibrahim, Sarah, & Hajar dalam versi Islam), sudah lama saya tahu bahwa di Al-Qur'an dan di Alkitab itu berbeda dalam versi penceritaannya. Jadi kalau hanya berdasarkan pada Al-Qur'an atau Alkitab jelas saja kita tak akan pernah bertemu.
>
> Dalam Islam dikatakan juga bahwa Tuhan menyayangi orang jahat. Kalimat pertama dalam Surat Al-Fatihah yang dibaca orang Islam minimal 17 kali sehari adalah "Bismillahirrohmaanirrohiim". Artinya adalah Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih & Maha Penyayang. Maha Pengasih (Ar-Rohmaan) adalah sifat Maha Kasih Allah pada seluruh alam semesta, termasuk kepada iblis, setan, malaikat, hewan,
tumbuhan, dan manusia, termasuk manusia yang baik dan manusia yang jahat. Maha Penyayang (Ar-Rohiim) adalah sifat Maha Penyayang Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang percaya pada keberadaan-Nya (istilah fiqih formal : beriman) dan kemudian menjalankan perintah-Nya sebagaimana melalui Nabi-Nabi-Nya (istilah fiqih
formal : syariat-Nya). Sifat Maha Penyayang ini hanya diberikan pada hari pembalasan yaitu setelah kiamat, di mana (menurut kepercayaan Islam) semua manusia akan ditimbang kebaikan & keburukannya dan diputuskan masuk surga atau neraka. Tapi mereka yang masuk neraka sebagian tidaklah final karena itu hanya untuk menebus kesalahan mereka di dunia, jika masuk ada rasa kepercayaan pada Allah (iman) maka pada suatu saat mereka juga akan masuk surga.
>
> Dari situ kita sampaikan bahwa Tuhan versi Islam adalah adil. Dalam sejarahnya, adil yang menjadi rukun iman versinya Syiah adalah salah satu sifat Allah terpenting menurut golongan Mu'tazilah (yang mengutamakan logika). Dan pada saat kebangkitan Islam di awal abad ke-20 muncul (yang ditandai dengan munculnya Gerakan Wahabi, baik
yang ala Arab Saudi, ala Ikhwanul Muslimin, maupun yang garis keras ala Al-Qaeda), keadilan Allah menempati posisi yang penting dalam pemahaman keislaman para pembaharu Islam. Ayat yang paling sering dikutip adalah "Janganlah kebencian kamu pada suatu kaum membuat kamu berbuat tidak adil pada kaum itu" (Q.S. Al-Maidah ayat 8).
>
> Maka janganlah sampai tindakan kaum Islam ekstrimis, membuat mata kita semua (termasuk Pak Darmawan) tertutup bahwa ada juga pemahaman Islam yang seperti ini.
>
> Tentang berhala, saya setuju dengan Pak Darmawan bahwa inti sari penyembahan berhala sebenarnya adalah penyembahan hawa nafsu. Ada banyak sekali ayat dalam Al-Qur'an yang intinya adalah kita (manusia) jangan sampai diperbudak oleh hawa nafsu. Saya sampaikan sedikit sejarah Arab di Mekkah pra Islam (menurut versi sejarawan
Islam), bahwa orang Arab di Mekkah (dikenal dengan nama Quraisy) menganggap bahwa mereka menyembah berhala, baik Lata', Uzza, Manat, dll hanya sebagai perantara do'a mereka kepada Allah. Pada intinya mereka juga menyembah Allah (Sebagaimana didakwahkan oleh Nabi Ismail dalam versi Islam), namun mempersekutukannya dengan berhala-berhala.
>
> Saya sepakat bahwa inti dari keimanan kita adalah juga kekayaan spiritual dalam hal ini kita mengurangi nafsu duniawi kita, tapi sebagai orang Islam saya kurang sepakat jika berhala dijadikan sebagai alat untuk mempermudah pengurangan nafsu duniawi.
>
> Namun Islam juga adalah agama yang lengkap dan sesuai untuk semua orang (tidak hanya cocok untuk orang yang logikanya bagus dan rajin membaca), maka mengapa ada do'a sapu jagat dalam Islam yang diambil dari Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh (yang disebut oleh Pak Darmawan sebagai meminta kenikmatan duniawi).
>
> Terjemahan dari do'a itu adalah "Ya Tuhan kami, berikanlah pada kami kebaikan (hasanah dalam bahasa Arab) di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka". Saya tidak akan menjelaskan masalah kebaikan di akhirat karena jelas kita akan berbeda persepsi mengenai hal ini. Tentang kebaikan di dunia ini adalah multitafsir. Tafsir yang sederhana adalah seperti penerangan dari Pak Darmawan yaitu kenikmatan duniawi. Dan ini adalah berlaku bagi orang kebanyakan, karena dalam Islam sesungguhnya untuk mencapai keridloan Allah dan beribadah dengan baik tidak seharusnya bertentangan dengan pencarian nikmat Allah di muka bumi ini untuk menjaga survivalnya kita di dunia (misalkan bekerja untuk mencari makan, menikah untuk kenikmatan biologis, psikologis, & memperoleh keturunan, dll).
>
> Karena bisa jadi ketika nikmat itu tidak diperoleh maka orang bisa lebih dekat pada kejahatan. Di negeri ini, berapa banyak kejahatan yang motifnya adalah ekonomi. Kemudian fenomena ekstrimisme beragama (istilah populer : fundamentalisme) itu muncul dalam analisis Karen Armstrong karena kemiskinan & ketidakadilan sosial politik yang dialami masyarakat kalangan bawah di negeri-negeri yang mengalami
fenomena itu.
>
> Nah, untuk orang dengan tingkat / maqom (istilah tasawwuf) yang lebih tinggi, seperti Pak Darmawan misalnya. Kebaikan di dunia tadi sebagaimana pemahaman para sufi harus dimaknai dengan bahwa kita meminta pada Tuhan untuk memberikan kebaikan pada hati kita di dunia ini sehingga apapun yang terjadi pada diri kita & lingkungan sekitar kita, maka kita melihatnya sebagai sebuah hikmah / pandangan positif. Fenomena kelaparan misalkan akan dilihat sebagai ladang amal untuk menyumbangkan harta kita sebanyak-banyaknya dan untuk menyumbangkan pikiran bagaimana caranya membangun ekonomi riil di daerah yang kelaparan supaya mereka bisa mandiri dan kecil
kemungkinan akan terjadi kelaparan lagi.
>
> Fakta misalkan sang sufi lapar karena berhari-hari makan sedikit akan kemudian dihadapi dengan senyuman karena dia menerima kebaikan di dunia dari Tuhan sehingga dia merasa ini adalah cara Tuhan menyayanginya karena bisa jadi kalau dia kenyang malah dia akan cenderung berfoya-foya & menjauhi Tuhan. Perlu dilihat dari sisi
Muhammad bukan cuma ketika beliau memerangi orang Quraisy Makkah atau orang Yahudi, tapi perilaku sehari-harinya. Ketika membangun parit saat menghadapi kepungan pasukan koalisi yang dipimpin oleh orang Quraisy Mekkah, misalkan para sahabat Nabi Muhammad dalam kondisi lapar karena baru makan sedikit, sehingga harus mengganjal
perutnya dengan 1 batu. Ketika dilihat Nabi Muhammad, ternyata beliau mengganjal perutnya dengan 2 batu.
>
> Untuk masalah fiqih perang adalah masalah yang lebih kompleks yang jika moderator izinkan akan saya terangkan di lain waktu. Kemudian tentang Muhammad yang tidak membunuh Musailamah Al-Kadzdzab, Nabi palsu dari sekitar Riyadh sekarang (ibukota Arab Saudi sekarang). Musailamah memproklamirkan diri menjadi Nabi pada masa Nabi Muhammad sudah meninggal. Saat jazirah Arabia sedang dipimpin oleh Khalifah
Abu Bakar. Sebelumnya Abu Bakar sudah memerangi orang-orang yang memisahkan sholat dan zakat, artinya bersedia sholat tapi tidak mau membayar zakat (karena menurut mereka zakat akan merugikan mereka secara finansial). Kemudian Abu Bakar menyerang Musailamah karena Musailamah sudah menyebar fitnah dan membangun kekuatan militer
terlebih dahulu. Seandainya pun Abu Bakar tidak menyerang Musailamah, Insya Allah Musailamah akan menyerang Makkah atau Madinah.
>
> Jadi kita bisa anggap aksi Musailamah bukan sekedar pertentangan antar suku, tapi pemberontakan suku di Riyadh kepada otoritas Abu Bakar, karena sebelum Musailamah, suku di sana menyatakan sudah tunduk pada otoritas Nabi Muhammad. Apakah pemberontakan akan dibiarkan saja ? Seandainya saya menggalang teman-teman saya di Jawa Barat bersama segelintir tentara untuk mendirikan Negara Pasundang akankah SBY menghancurkan pemberontakan kami ? Tentu saja. Pemberontakan dalam negara adalah ancaman yang sangat besar.
>
> Terakhir tentang jalan yang lurus. Saya kira agama apapun kurang lebih akan meminta hal yang sama kepada Tuhannya. Tapi dalam pemahaman saya jalan yang lurus itu cukup lebar untuk menampung perbedaan di antara pemahaman orang-orang yang berada di jalan itu.
>
> Terima kasih atas dimuatnya tulisan ini.
>
> NB : Kalau Pak Darmawan ingin tahu versi dialognya kyai dan pendeta dalam versi Islam (yang kabarnya terjadi di Jawa Timur), Pak Darmawan dapat membaca buku "Dialog Santri-Pendeta" saya lupa terbitan mana, dulu saya baca waktu SMA.
>
> Salam damai,
>
> (Seno Pradono)
>

Tidak ada komentar: