Ada yang mencoba mengurai Idul Adha dari kacamata sejarah dan falsafah
tetapi mendasarkan pengatahuannya hanya pada Alquran. Saya
kira wawasannya perlu diperluas jangan hanya terpaku pada
Alquran untuk melihat sejarah dan falsafah Nabi Ibrahim yang di
dalam Alkitab ditulis dengan nama Abaraham.

Kisah tentang Nabi Ibrahim yang diucapkan Muhammad dan kemudian
ditulis di dalam Alquran berbeda dengan kisah Abraham yang ditulis
oleh bangsa Israel sekitar 1300 tahun sebelum Muhammad lahir.
Walaupun Muhammad tidak secara eksplisit mengatakan bahwa Nabi
Ibrahim yang dicantumkan di dalam Alquran adalah sama dengan Abraham
yang diceritakan bangsa Israel tetapi orang mudah mengetahui bahwa
Nabi Ibrahim yang dimaksud di dalam Alquran adalah Abraham tetapi
Muhammad mengatakan bahwa cerita yang benar adalah cerita di dalam
Alquran dan karena bangsa Yahudi telah memutarbalikan kalam Awloh
akibatnya kisah di dalam Alkitab menjadi salah.

Berbeda dengan isi Alquran yang dikatakan oleh Muhammad dan
dipercaya oleh orang Islam sebagai kata-kata Awloh, kisah Abraham
dalam Alkitab adalah karya sastra bangsa Yahudi dan baik secara
agama maupun ilmu pengetahuan diakui bahwa kisah itu ditulis oleh
bangsa Yahudi, sebagai karya manusia, bukan kata-kata yang datang
dari langit, bahkan para ahli meragukan apakah manusia yang bernama
Abraham pernah hidup di dunia.

Ada perbedaan antara kisah Nabi Ibrahim di dalam Alquran
dibandingkan dengan kisah Abraham di dalam Alkitab. Perbedaan yang
paling mudah dilihat adalah anak yang diperintahkan disembelih. Di
dalam Alkitab yang diperintahkan disembelih adalah Ishak putra
tunggal Abraham dari istrinya yang sah dan bukah Ismael putra
Abraham dari budak istrinya yang lahir sebelum Ishak. Anak itu lahir
yang diberi nama Ismael karena Sara istri Abraham yang mandul
mengusulkan kepada suaminya untuk menghampiri budaknya agar mereka
mendapat keturunan dan setelah Tuhan memberikan Ishak dari istri
yang sah, Ismael beserta ibunya diusir dari rumah Abraham. Muhammad
di dalam Alquran tidak berani secara jelas menyebut yang
diperintahkan disembelih adalah Ismael tetapi umat Islam percaya
yang diperintahkan disembelih adalah Ismael yang dipercaya sebagai
bapak leluhur bangsa Arab. Karena cerita aslinya disusun oleh bangsa
Yahudi sangat wajar bahwa kehormatan diperintahkan dikorbankan
adalah Ishak yang dipercaya sebagai bapak leluhur bangsa Israel.

Perbedaan berikutnya adalah hubungan Abraham atau Nabi Ibrahim
dengan orang tuanya. Di dalam Alkitab diceritakan bahwa Abraham
termasuk putra kesayangan orang tuanya dan mereka melakukan
perjalanan yang penuh petualangan dari Ur-Kasdim menuju Tanah Kanaan
tetapi ayahnya meninggal ketika perjalanan baru sampai Haran. Anak
hormat pada orang tua adalah sikap yang baik yang perlu diajarkan
dari generasi ke genarasi dan sikap itu yang dianut bangsa Israel
termasuk juga leluhur bangsa kita dan tidak heran kita punya kisah
Malinkundang untuk mengajarkan bahwa anak yang membangkang kepada
orang tuanya adalah anak durhaka. Tetapi Alquran menceritakan bahwa
Nabi Ibrahim yang sudah menyembah Awloh bermusuhan dengan ayahnya
yang masih menyembah berhala lalu Ibrahim menghancurkan patung yang
disembah ayahnya. Jelas kisah itu sangat bertentangan dengan kisah
aslinya dan perlu dipertanyakan apakah Muhammad dan Islam
mengajarkan anak berbuat durhaka kepada orang tuanya?

Ayah Abraham yang bernama Terah di dalam Alkitab berupaya mencari
penghidupan yang lebih baik, lalu mengajak Abraham, Sara Istri
Abraham, dan Lot cucu Terah pergi ke Tanah Kanaan. Niat mendapatkan
hidup yang lebih baik adalah niat yang luhur dan waktu itu Terah
belum mengenal Tuhan Allah, Tuhan bangsa Israel. Niat luhur itu
tidak tercapai karena Terah meninggal di kota Haran. Jika perjalanan
itu akan diteruskan, keputusan ada di tangan Abraham dan ketika
berpikir keras apa yang harus dilakukan, Allah menyapa Abraham dan
memerintahkan melanjutkan perjalanan ke Tanah Kanaan dan bahkan
Allah menjanjikan Tanah Kanaan akan diberikan kepada Abraham turun
temurun. Allah hadir menyapa Abraham yang sedang mencari jalan
menuju hidup yang lebih baik. Falsafah yang ditulis bangsa Israel
sangat bermakna bagaimana kita seharusnya bertemu Tuhan. Tetapi
bandingkan ada yang diceritakan Mumammad di dalam Alquran, Ibrahim
celingak-celinguk mencari Awloh, dengan memandang bulan waktu malam
lalu bertanya apakakah itu Awloh dan memandang Matahari waktu siang
lalu bertanya apakah itu Awloh. Sangat dangkal bukan? Bangsa Israel
menceritakan pertemuan dengan Tuhan melalui kontemplasi tetapi
Muhammad menagajarkan mencari Awloh dengan mata.

Masih banyak perbedaan filosofis antara kisah Abraham di dalam
Alkitab dibandingkan dengan kisah Ibrahim di dalam Alquiran. Di
dalam Alkitab pemenuhan perintah meyembelih Ishak membuktikan
kesetiaan Abraham pada Allah sedangkan di dalam Alquran kejadian itu
merupakan kesediaan baik Ibrahim maupun anaknya untuk berkorban. Ada
yang penting dalam kisah Abraham di dalam Alkitab yang tidak
disinggung di dalam Alquiran, yaitu soal sunat yang merupakan syarat
yang harus dipenuhi untuk menjadi umat Allah. Hal yang indah yang
ada di dalam Alikitab yang tidak disinggung di dalam Alquran adalah
kesetiaan Abraham menunggu janji Allah mendapatkan keturunan dari
istrinya Sara, Abraham percaya bahwa walaupun istrinya mandul tetapi
tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan dan betul setelah umurnya
mencapai 100 tahun janji Allah memberikannya seorang putra ahirnya
dipenuhi. Bahwa Abraham hanya punya seorang istri walau istriya
mandul tidak diajarkan dalam Islam tetapi malah Islam mengajarkan
laki-laki boleh punya istri lebih dari satu.

Saya sudah tulis perbedaan Abraham dan Ibrahim dalam buku
berjudul "Nabi Ibrahim Yahudi Yang Diislamkan", silahkan klik judul buku di sebelah dan Anda dapat mencopy gratis.
Salam

Tidak ada komentar: