Nasionalisme dan Marxisme

Beberapa waktu yang lalu kita sudah membahas Nasionalisme dan Islamisme di milis ini, saya lanjut pembahasan tulisan Bung Karno 1926 yang berjudul Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme dengan memfokuskan pokok bahasan kali ini pada masalah Nasionalisme dan Marxisme.

Ketika Bung Karno menulis artikel itu sudah ada Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan pada tahun 1920 dengan nama Partai Komunis di Hindia dan pada tahun 1924 diubah menjadi Partai Komunis Indonesia yang kemudian melakukan pemberontakan pertama melawan Belanda pada tahun 1926.

Sejarah komunisme dimulai pada tahun 1848 ketika Karl Merx menerbitkan Manifesto Komunis. Gerakan komunis menjadi kekuatan internasional sejak keberhasilan Revolusi Rusia pada tahun 1917 yang membuka jalan bagi Lenin memimpin pemerintahan diktatur proletar pertama di dunia yang berusaha menyebarkan paham komunis ke seluruh dunia, mendorong para kader komunis mengambil alih kekuasaan lalu menggabungkan negara itu dalam kerjasama komunis dunia.

Walaupun Bung Karno memilih menjadi nasionalis sejati, tetapi ajaran Marx terutama tentang dialektik materialisme dikagumi Bung Karno. Dalam membangun Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur di mana kapital akan digunakan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat, Bung Karno sering mengatakan perlunya ajaran Marx diterapkan. Kekaguman Bung Karno terhadap Marx tercermin dalam tulisannya yang menyatakan, “Karl Marx, yang dalam tulisan-tulisannya tidak satu kali memakai kata kasih atau kata cinta, membeberkan paham pertentangan kelas; paham klassenstrijd, paham perlawanan zonder damai sampai habis-habisan. Dan bukan itu saja. Ilmu dialektik materialisme, ilmu nilai kerja, ilmu harga lebih, ilmu histories meterialisme, ilmu statika dan dinamikanya kapitalisme, ilmu Verelendung,” menurut Bung Karno semua itu jasa Marx. (Memperingati 50 tahun wafatnya Karl Marx – Pikiran Rakyat 1933)

Walaupun Bung Karno memahami bahwa gerakan komunis adalah gerakan internasional tetapi untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia , Bung Karno melihat bahwa gerakan komunis di Indonesia dapat bekerjasama membangun Indonesia bersama kaum nasionalis. Contoh bahwa kaum komunis dapat bekerja sama membangun bangsa dengan kaum nasionalis ditunjukkan oleh Bung Karno, apa yang terjadi di daratan China di mana kaum Nasionalis dan kaum Komunis bahu membahu membangun kembali Great China.

Tetapi kemudian kerjasama itu pecah lalu kaum nasionalis diusir dari daratan China ke Pulau Formosa sehingga yang berkuasa atas daratan China adalah kaum komunis. Seiring dengan munculnya China sebagi kekuatan komunis besar setelah Rusia, ketakutan bahwa komunisme akan meluas mengikuti teori domino seperti yang dipercaya Amerika Serikat, membangkitkan perlawanan dari Amerika Serikat bersama sekutunya untuk membendung penyebaran komunsime.

Persaingan antara Amerika Serikat dan sekutunya yang berpijak pada paham kapitalisme melawan Rusia , China dan sekutunya yang berpijak pada paham Marxisme, diwujudkan dengan upaya secara nyata membangun kesejahteraan rakyat. Karena takut kaum buruh dihasut untuk berontak lalu mengubah negara menjadi negara komunis, negara-negara blok kapitalis berupaya meningkatkan kesejehateraan buruh melalui berbagai aturan dan upaya itu relatif berhasil. Sementara itu upaya mensejahterakan rakyat di yang dilakukan negara-negara komunis tidak terlalu berhasil sehingga terjadi ketimpangan kesejahteraan di negara kapitalis dan dinegara komunis. Ketimpangan itu yang ahirnya meruntuhkan pemerintahan komunis di Rusia. Di China kekuasaan komunis tidak runtuh tetapi sistem yang dianut mulai menerapkan mekanisme pasar dan kapitalisme secara terbatas diterapkan.

Pada ahirnya kapitalisme dan komunisme menemui titik temu, di dunia kapitalis kesejahteraan buruh berhasil ditingkatkan dan akses kepemilikan modal dibuka bagi masyakat luas melalui pasar modal sehingga perjuangan memperebutkan kepemilikan atas modal tidak perlu lagi diselesaikan melalui revolusi. Di negara komunis ahirnya diberlakukan juga sistem pasar dan kaum bermodal diberi akses untuk mengambangkan usaha. Dan yang menarik China komunis dan China nasionalis mulai melakukan kerjasama yang mungkin dapat membuka jalan menuju rekonsiliasi.

Apa yang digandrungi Bung Karno bahwa Marxisme banyak manfaatnya untuk mensejahterakan rakyat dibuktikan baik di negara kapitalis maupun di negara bekas komunis dan setelah ditator proletar diganti dengan demokrasi tidak ada lagi bahaya gerakan komunis. Tapi sayang ajaran Marxisme pernah dilarang di Indonesia dan secara formal masih dilarang. Mungkin sudah saatnya kita belajar secara benar dan segera mencabut larangan itu.

Salam

Tidak ada komentar: